Jumat, 05 Juni 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PROTEIN



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PROTEIN

A.    TUJUAN
Mengetahui beberapa macam identifikasi dan sifat-sifat umum protein.

B.     DASAR TEORI
Protein merupakan termasuk persenyawaan penting dalam makhluk hidup. Sesuai dengan namanya, kata protein berasal dari bahasa yunani “proteos” yang artinya pertama. Protein adalah poliamida, dan hidrolisis protein menghasilkan asam-asam amino. [1]
1.    Asam Amino
Asam-asam amino yang terdapat dalam protein adalah asam α-aminokarboksilat. Variasi dalam struktur monomer-monomer ini terjadi dalam rantai samping.[2] Asam-asam amino tersederhana adalah aminoasetat (H2NCH2CO2H), yang disebut glisena (glysine) yang tidak memiliki rantai samping, dan karena itu tidak mengandung satu karbon kiral. Semua asam amino lain memiliki rantai samping, dan karena itu karbon α-nya bersifat kiral. Asam amino yang berasal dari protein termasuk dalam deret-L – artinya, gugus-gugus disekeliling karbon α mempunyai konfigurasi yang sama seperti dalam L-gliseraldehida.

a.       Struktur Asam Amino
Asam amino yang disambung-sambungkan dengan ikatan peptida membentuk struktur primer protein. Susunan asam amino menentukan sifat struktur sekunder dan tersier. Pada setiap molekul asam amino sekurang-kurangnya mengandung dua buah gugus fungsional, yaitu gugus karboksil (-COOH) dan gugus amina (-NH2). Struktur asam amino mengandung gugus -NH2 yang terikat pada atom C alfa (α), yaitu atom C yang terikat pada gugus karboksil.[3]
              ᵞ             ᵝ           α
Semua asam amino yang ditemukan pada protein memiliki ciri yang sama, yaitu gugus karboksil dan amina terikat pada atom karbon yang sama. Perbedaan asam amino satu dengan yang lainnya terletak pada rantai sampingnya.rantai samping yang dilambangkan dengan R dapat berupa alkil, cincin benzena, alkohol, dan turunannya. Ada 20 asam amino yang sering dijumpai dalam protein (Alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, glutamin, asam glutaamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin).[4] Adapun beberapa contoh struktur dari asam amino.
              

b.      Sifat-sifat Asam Amino
·      Sifat Amfoter
Gugus fungsional pada asam amino, yaitu karboksil dan amina, keduanya mempengaruhi sifat keasaman asam amino.
Gugus karboksil (-COOH) bersifat asam.
Gugus amina (-NH2) bersifat basa.
Dengan demikian, asam amino dapat bereaksi dengan asam maupun basa sehingga disebut bersifat amfoter atau amfiprotik. Sifat amfoter tampak pada asam amino yang hanya mengikat satu gugus -COOH dan satu gugus -NH2. Adapun asam amino yang mengikat lebih dari satu gugus –COOH dan satu gugus -NH2, akan lebih bersifat asam, contohnya adalah asam glutamat dan asam aspartat.[5]

·      Ion Zwitter
Pada asam amino ada gugus yang dapat melepaskan ion H+ dan ada gugus yang dapat menerima ion H+. Akibatnya, terbentuk molekul yang memiliki dua jenis muatan, yaitu muatan positif dan muatan negatif, dengan kata lain keragaman sifat asam amino juga dapat diidentifikasi dari gugus fungsinya yaitu gugus karboksilat  yang memberikan ion karboksilat dan gugus amino yang akan terprotonasi menjadi ion amonium. Struktur seperti ini disebut sebagai ion dipolar atau zwitter ion.[6] Ion zwitter tidak akan bergerak menuju katode atau anode dalam medan listrik. Hal ini menunjukan bahwa ion zwitter bukan suatu ion, melainkan suatu molekul netral.[7]
·         Optis Aktif
Semua asam amino kecuali glisin, memiliki atom C asimetris atau atom C kiral, yaitu atom C yang mengikat empat gugus yang bebeda (gugus –H, -COOH, -NH2, dan –R). Oleh karena itu, semua asam amino kecuali glisin bersifat optis aktif. Artinya, senyawa tersebut dapat memutar bidang polarisasi cahaya.[8]

c.       Titik isoelektrik
Titik isoelektrik merupakan keadaan dimana ketika dilewatkan  arus listrik tidak terjadi perpindahan dari anion atau kation  keelektroda-elektrodanya atau berada pada keadaan setimbang atau muatan listriknya sama dengan nol.
Asam-asam amino akan bermuatan positif jika berada dalam larutan asam (pH rendah) dan bermuatan negatif dalam larutan basa (pH tinggi). Bila asam amino dalam suasana basa ditempatkan dalam medan listrik, maka asam amino akan bergerak ke arah anoda (elektroda positif). Sebaliknya dalam suasana asam, asam amino akan bergerak ke arah katoda (elektroda negatif). Jika berada dalam kesetimbangan berarti asam amino berada dalam bentuk dipolar atau zwitter ion dan tidak mempunyai muaan listrik atau muaan listriknya sama dengan nol. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini jika dilewatkan arus listrik tidak terjadi perpindahan dari anion atau kation ke elektroda-elektrodanya. Konsentrasi ion hidrogen (pH) yang tidak dipengaruhi oleh medan listrik disebut titik isoelektrik asam amino.

Asam amino netral
Asam amino netral yang non polar umumnya adalah yang paling sukar larut dalam air dari seluruh 20 asam amino. Pada pH 6-7 mereka berada sebagai ion dipolar yang netral. Tak satupun dari asam amino ini yang gugus fungsional rantai cabangnya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air (Nitrogen Heterosiklik dari triptofan tak membentuk ikatan hidrogen dengan air karena pasangan elektronnya adalah sebagian dari awan elektron pi (τ)). Gugus sulfida dalam metionin tak polar sehingga tak membentuk ikatan hidrogen dengan air.[9]
Dua asam amino mempunyai gugus R yang bermuatan negatif  (asam)
Asam amino yang mempunyai gugus R yang bermuatan total negatif pada pH 7.0 adalah asam aspartat dan asam glutamat, masing-masing mempunyai tambahan gugus karboksil. Asam amino ini merupakan senyawa induk asparagin dan glutamin berturut-turut.[10]
Tiga asam amino mempunyai gugus R bermuatan positif (basa)
Asam amino yang mempunyai gugus R dengan muatan total positif pada pH 7,0 adalah lisin, yang mengandung tambahan gugus amino (kedua) pada posisi e di rantai alifatiknya; arginin, yang mengandung gugus guanidino bermuatan positif; dan histidin yang mengandung gugus imidazol yang mengion sedikit.[11]

Muatan akhir dari suatu asam amino beragam sesuai dengan perubahan pH larutan. Misalnya bila alanin dilarutkan dalam larutan asam (pH rendah) akan ada perubahan proton sehingga akan membentuk kation. Bila pH larutan dinaikkan (penambahan basa), kation alanin berubah, mula-mula menjadi ion dipolar yang netral kemudian menjadi anion.[12]
Karena asam amino mempunyai pH isoelektrik yang berbeda, maka capuran berbagai macam asam amino dapat dipisahkan secara elektroforesis[13], yaitu suatu proses mengukur  perpindahan ion dalam suatu medan listrik. Proses ini dilaksanakan dengan menaruh  suatu larutan asam amino pada suatu adsorben diantara sepasang elektroda. Dalam proses ini, anion akan berpindah ke elektroda negatif dan kation akan berpindah ke elektroda positif.[14]
2.      Peptida dan Ikatan Peptida
Peptida merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino.[15] Ikatan peptide merupakan ikatan amida yang terbentuk dari gugus α-amino dari suatu asam amino dan gugus karboksilat dari gugus amino lainnya. Amida  mengandung gugus nitrogen  yang terikat pada karbon karbonil. Nitrogen dari amida tidak bersifat basa, hal tersebut dikarenakan pasangan electron tidak dapat didelokasikan oleh gugus karbonil sehingga tidak dapat bereaksi dengan proton.[16]
Sifat ikatan rangkap antara karbon amida dan nitrogen lebih pendek (1,32 Å) daripada ikatan tunggal karbon-nitrogen (C-N; 1,48 Å) akan tetapi lebih panjang daripada ikatan rangkap karbon-nitrogen (C N; 1,27 Å)

Ikatan dalam Gugus Amida:
     
3.      Protein
a.    Klasifikasi Protein
Menurut klasifikasi asli yang dimodifikasi, protein dapat dibagi menjadi 3 golongan : [17]
·      Protein Serat
Protein Serat adalah bentuk protein yang tidak larut yang ditemukan dalam kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein ini dapat dibagi lagi menjadi collagen yaitu protein pokok dari jaringan pengikat, tulang, gigi, dan tendon; dan keratin yaitu protein pokok dari kulit, kuku, sayap dan rambut.
·      Protein Bujur Telur
Protein Bujur Telur bentuknya bujur telur atau bulat lonjong. Umumnya (tetapi tidak selalu) larut dalam air. Protein ini dengan menggunakan klasifikasi yang lebih modern lebih mudah diklasifikasi menurut fungsinya (seperti enzim atau hormon). Cara klasifikasi lama protein bujur telur ini dibagi menjadi beberapa sub bagian, empat diantaranya adalah :[18]
Albumin dapat diidentifikasi karena larut dalam air dan larutan garam. Albumin yang khas terdapat dalam darah (protein serum) dan putih telur (albumin telur).
Globulin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan garam encer. ɤ-Globulin, suatu globulin yang khas adalah campuran orotein yang dapat diisolasi dari serum darah dan mengandung antibodi.
Histon dan Protamin adalah protein basa yang larut dalam air. Dibandingkan dengan protein yang lain, histon dan protein menghasilkan konsentrasi asam amino basa yang besar. Protamin mengandung jumlah argirin yang tinggi, kira-kira 70-80% dari kadar seluruh asam aminonya. Histon dibedakan dari potamin berdasarkan sumbernya dan banyaknya macam asam amino yang dikandung. Histon dan protamin biasanya ditemukan bergabung dengan asam nukleat.
·      Protein Gabungan
Protein Gabungan adalah protein yang bergabung dengan senyawa bukan protein. Misalnya protein dalam hemoglobin bergabung dengan besi yang menandung heme bukan protein. Bagian non protein dalam protein gabungan seperti heme dalam hemoglobin disebut gugus prostetik.

Klasifikasi beberapa protein berdasarkan fungsinya:
Kelas
Fungsi Umum
Protein untuk kontraksi
Merubah energi kimia menjadi energi mekanik
Enzima
Katalisator biokimia
Hormon
Membantu mengatur metabolisme
Protein pelindung
Mengenal dan menetralkan molekul yang menyerang, membantu memperbaiki sel
Protein cadangan
Menyimpan asam amino dalam telur dan biji-bijian
Protein struktural
Membantu mempersiapkan bentuk struktural suatu organisme

b.     Struktur Protein
Protein merupakan senyawa makromolekul yang terbentuk dari hasil polimerisasi kondensasi berbagai asam amino. Setiap molekul protein mengandung sekitar 20 jenis asam amino yang berikatan, dengan jumlah asam amino yang dapat mencapai ribuan. Antarmolekul asam amino berikatan kovalen yang disebut ikatan peptida. Ikatan peptide ini terjadi antara atom C dari gugus (-COOH) dan atom N (dari gugus NH2).[19]
Struktur primer protein berkaitan dengan ikatan peptida. Struktur sekunder protein berkaitan dengan pelipatan struktur primer.pada protein terdapat ikatan hidrogen antara nitrogen amida dan oksigen karbonil yang merupakan ikatan yang dapat menstabilkan. Ikatan tidak berarti pada medium air dan yang berperan untuk menytabilkan adalah gaya vanderwals dan antaraksi hidrofobik antara rantai samping yang apolar. Struktur sekunder dapat berupa struktur pilinan  α-helik atau struktur lembaran. Struktur pilinan distabilkan oleh ikatan hidrogen intramolekul , struktur lembaran oleh ikatan hidrogen antar molekul. Struktur tersier protein meliputi pola pelipatan rantai menjadi satuan yang padat yang distabilkan oleh ikatan hidrogen, gaya van derwaal, jembatan disulfida dan antaraksi hidrofob. Struktur kuartener menunjukkan derajat persekutuan dari unit-unit protein.[20]
c.     Denaturasi Protein
Denaturasi adalah suatu proses yang dapat mengubah struktur molekul tanpa memutus ikatan kovalen. Denaturasi Protein adalah berubahnya struktur struktur protein dari struktur asalnya atau struktur alaminya, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh faktor suhu yang tinggi, perubahan pH yang ekstrim, pelarut organic, zat kimia tertentu seperti urea, atau pengaruh mekanik (guncangan).[21] Denaturasi biasanya disertai oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan.
d.   Renaturasi
Renaturasi adalah pross pembentukan struktur kembali setelah terjadi denaturasi. [22]
e.    Hidrolisis protein
Hidrolisis adalah proses pemecahan suatu molekul menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan molekul air. Sedangkan hirolisis protein adalah proes pemecahnya atau putusnya ikatan peptida dari protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan perubahan protein yaitu meingkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan berkurangnya berat molekul protein dan peptida.

Hidrolisis adalah proses pemecahan suatu molekul menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan molekul air. Sedangkan hirolisis protein adalah proes pemecahnya atau putusnya ikatan peptida dari protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan perubahan protein yaitu meingkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan berkurangnya berat molekul protein dan peptida.
Tiga cara yang dapat ditempuh dalam hidrolisis protein:
·      Hidrolisis asam
Digunakan asam kuat anorganik seperti HCl atau asam sulfat pekat dan dipanaskan dalam suhu mendidih, dapat dilakukan pada tekanan > 1 atm selama beberapa jam. Hidrolisis ini mengakibatkan rusaknya asam amino.
·      Hidrolisis basa
Basa yang digunakan adalah NaOH dan KOH. Basa ini pada suhu tinggi dan selama beberapa jam , tekanan >1atm dapat memecahkan ikatan polipeptida.
·      Hidrolisis enzimatik
Digunakan enzim dalam proses hidrolisis ini. Enzim yang digunakan adalah satu jenis enzim, atau abanyak enzim dengan jenis yang berbeda. Hidrolisis ini tidak mengakibatkan kerusakan asam amino dan asam-asam amino bebas serta peptida dengan rantai pendek yang dihasilkan lebih bervariasi.
4.      Uji-uji asam amino, peptida dan protein
a.       Uji Sifat Amfoter
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Dalam kimia, amfoter merujuk pada zat yang dapat bereaksi sebagai asam atau basa. Perilaku ini terjadi bisa karena memiliki dua gugus asam dan basa sekaligus atau karena zatnya sendiri mempunyai kemampuan seperti itu.[23]
b.      Uji Biuret
Uji Biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Uji ini dapat dilakukan dengan cara : sampel yang diduga mengandung protein ditetesi dengan larutan NaOH dan beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi ungu mka laruta tersebut mengandung protein. [24] Dalam larutan basa Cu2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida (-CO-NH-) suatu protein yang menghasilkan warna ungu dengan absorbans maksimum pada 540nm. Absorban ini berbanding langsung dengan konsentrasi protein dan tidak tergantung pada jenis protein karena seluruh protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama per satuan berat.[25]
c.       Uji Xantoprotein
Uji Xantoprotein digunakan untuk menentukan adanya cincin benzena dalam suatu senyawa. Uji ini dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada  cincin benzena dari asam amino penyusun protein. Apabila larutan berubah menjadi kuning maka larutan mengandung protein. Warna kuning pada larutan ini disebabkan terbentuknya suatu enyawa polinitrobenzena dari asam amino protein. Reaksi positif untuk protein yang mengandung asam amino dengan inti benzena, seperti tirosin, fenilalanin dan triptofan.[26]
d.      Uji Millon
Pereaksi Millon dibuat dengan melarutkan merkuri di dalam asam-asam nitrat pekat, kemudian dilarutkan dengan air. Pereaksi mengandung merkuri nitrat dan nitrit. Tes ini akan memberikan warna merah atau endapan merah, bila protein dibiarkan beberapa lama dengan pereaksi atau bila campuran dipanaskan. Reaksi tergantung adanya gugus hidroksifenil, jadi tes positif untuk adanya tirosin. Senyawa yang bukan protein, seperti fenol, asam salisilat, juga memberikan tes positif.[27]
e.       Uji Hidrolisis Protein
Hidrolisis protein adalah proses pecahnya atau terputusnya ikatan peptida dari protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan beberapa perubahan pada protein, yaitu meningkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan berkurangnya berat molekul protein atau polipeptida, rusaknya struktur globular protein.
f.       Uji Denaturasi Protein
Protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan molekul bagian dalam yang bersifat hidrofobik akan keluar sedangkan bagian hidrofilik akan terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembakikkan akan terjadi bila protein mendekati pH isoelektris lalu protein akan menggumpal dan mengendap. Viskositas akan bertambah karena molekul mengembang menjadi asimetrik, sudut putaran optis larutan protein juga akan meningkat.
Denaturasi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur sekunder dan tersier protein. Sejak diketahui reaksi denaturasi tidak cukup kuat untuk memutuskan ikatan peptida, dimana struktur primer protein tetap sama setelah proses denaturasi. Denaturasi terjadi karena adanya gangguan pada struktur sekunder dan tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti; ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemui adalah proses presipitasi dan koagulasi protein.[28]
5.      Analisa bahan
a.       Larutan asam L-aspartat 0,1 M
Asam L-aspartat merupakan asam amino yang bersifat asam (rantai samping bersifat asam yaitu asam karboksilat). Pada pH= 7, gugus asam karboksilat ini mengion. Hal ini menyebabkan  asam aspartat sering disebut dengan ion karboksilatnya saja yaitu aspartat.[29]
b.      Larutan glisin 0,1 M
Glisin termasuk asam amino yang paling sederhana, tidak mempunyai rantai samping. Glisin merupakan asam amino yang bersifat netral. Dengan titik isoelektrik = 6,0. Glisin termasuk dalam golongan rantai samping alifatik meskipun glisin tidak mempunyai rantai samping.[30]
c.       Larutan putih telur
Telur mengandung  12,9 g/100g protein .[31] putih telur (albumin) larut dalam air yang tidak mengandung garam.[32]
d.      HCl
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri.
e.       HNO3
Asam nitrat adalah larutan asam kuat yang mempunyai nilai pKa sebesar -2. Di dalam air, asam ini terdisosiasi menjadi ion-ionnya, yaitu ion nitrat NO3 dan ion hidronium (H3O+). Garam dari asam nitrat disebut sebagai garam nitrat (contohnya seperti kalsium nitrat atau barium nitrat). Dalam temperatur ruangan, asam nitrat berbentuk uap berwarna merah atau kuning. Asam nitrat dan garam nitrat adalah seseatu yang berbeda dengan asam nitrit dan garamnya, garam nitrit.
f.       NaNO3
Natrium nitrat ialah tipe garam (NaNO3) yang telah lama digunakan sebagai komposisi bahan peledak dan dalam bahan bakar padat roket, juga pada kaca dan pelapis tembikar, dan telah ditambang secara luas untuk tujuan itu. Senyawa ini juga disebut caliche, saltpeter, dan soda niter.Natrium nitrat juga diolah secara sintetis dengan mereaksikan asam nitrat dengan abu soda.Natrium nitrat memiliki sifat antimikrobial sehingga digunakan sebagai pengawet makanan.
g.      Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengancincin fenil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.
h.      NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksidasi basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
i.        Urea
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa.
j.        CuSO4
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi dengan kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentukanhidratnya berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna biru terang.[33]
k.      AgNO3
Perak nitrat merupakan sebuah senyawa anorganik dengan rumus kimia AgNO3. Senyawa ini adalah senyawa paling serbaguna di antara senyawa perak lainnya, dan digunakan pada fotografi. Senyawa ini lebih tidak sensitif terhadap sinar matahari daripada perak halida. Senyawa ini dulu disebut lunar kaustik karena perak dulunya disebut luna oleh para alkemis kuno yang percaya bahwa perak berasosiasi dengan bulan.Dalam bentuk padatan, ion senyawa ini akan berbentuk trigonal planar.[34]
C.     ALAT DAN BAHAN
Alat :
1.    Tabung reaksi + rak
2.    Alat refluks
3.    Corog penyaring panjang
4.    Aluminium foil
5.    Botol semprot
6.    Kertas lakmus
Bahan :
1.    Larutan HCl 10% dan 20%
2.    Larutan NaNO3 5%
3.    HNO3 pekat
4.    Laruan fenol 80% dalam air (baru)
5.    Larutan asam L-aspartat 0,1 M
6.    Larutan tirosin 0,1 M
7.    Larutan glisin 0,1 M
8.    Larutan NaOH 10%
9.    Larutan putih telur
10.               Urea
11.               CuSO4 2%
12.               Putih telur
13.               AgNO3

D.    CARA KERJA
1.      Sifat Amfoter dan Kelarutan
Tabung A
Tabung B
Tabung C
Tabung D
0,1 gram glisin
Lar. Asaam aspartat
Lar. tirosin
Lar. Putih telur
 Ditambahkan dengan 2 ml aquades.
→ Diamati kelarutan dan keasaman masing masing tabung.

Tabung A
Tabung B
Tabung C
Tabung D




→ Ditambahkan  1 ml NaOH 1% .
→ Diamati kelrutan dan keasaman masing-masing tabung.
Tabung A
Tabung B
Tabung C
Tabung D
HASIL
HASIL
HASIL
HASIL

2.      Uji dengan asam nitrit
Tabung A
0,1 gram glisin + 5 ml HCl 10%
     Didinginkan sampai 0 0C.
    → Ditambahkan  NaNO3
HASIL
 
 



Tabung B
0,1 gram glisin + 5 ml HCl 10 %
   → Pada suhu kamar
   → Ditambahkan NaNO3
HASIL

Tabung  C
Lar. Putih telur + 5 ml HCl 10 %
→ Didinginkan sampai 00C
→ Ditambahkan NaNO3
HASIL

Tabung D
Lar. Putih telur + 5 ml HCl 10%
 Pada suhu kamar.
→ Ditambahkan NaNO3
HASIL
3. Uji Biuret
0,5 gram urea
→ Diletakkan dalam tabung reaksi.
→ Dipanaskan hingga timbul padatan.
→ Didinginkan.
→ Dilarutkan dalam 3 ml aquades.
→ Disaring filtrat yang diperoleh.
→ Ditambahkan  2 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 2%
→ Diamati perubahan yang terjadi
HASIL

2 ml lar. Putih telur + 2 ml aquades
→ Dimasukkan dalam tabung reaksi
→ Ditambahkan 2 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 2%
→ Diamati perubahan yang terjadi
HASIL
4. Uji Xantoproteat
Tabung A
Tabung B
Tabung C
0,1 gram glisin
10 tetes lar. Putih telur
10 tetes asam L-aspartat
→ Ditambahkan beberapa tetes HNO3 pekat  pada tiap tabung.
→ Dipanaskan
→ Diamati perubahan yang terjadi.
→ Didinginkan campuran.
→Ditambahkan NaOH 1% berlebih
→ Diamati
HASIL
5. Hidrolisis Protein
Larutan Albumin (Putih telur)
 Dimasukkan kedalam labu alas bulat.
→ Ditambahkan 20 ml HCl 20%, refluks selama 45 menit.
→ Dibandingkan (pada t =15 menit, dan t = 45 menit)

HASIL
  Diambil  10 ml (masing-masing tabung 5 ml)
      
Tabung 1
Tabung 2
+ 1 ml NaNO2 5 %
+ 3 ml  NaOH 10 % dan 2 tetes CuSO4
Dibandingkan timbulnya gas yang terjadi dengan sebelumnya
Dipanaskan dan diamati perubahannya

HASIL
6. Denaturasi Protein
a.       Denaturasi dengan ion logam berat
2 ml lar. Putih telur
 Dimasukkan dalam tabung reaksi
→ Ditambahkan larutan AgNO3 2% tetes     demi tetes.
→ Diamati perubahan yang terjadi
HASIL
b. Denaturasi dengan pemanasan
2 ml lar. Putih telur
 Dimasukkan dalam tabung reaksi.
→ Dipanaskan.
→ Diamati perubahan yang terjadi
HASIL

E.     HASIL PENGAMATAN
1.      Sifat Amfoter dan Kelarutan


Tabung A (0,1 gram glisin)
Tabung B (larutan asam aspartat)
Tabung C (larutan tirosin)
Tabung D (lar. Putih telur)
+ aquades
Kelarutan
Larut
Larut
-
Larut sebagian
Keasaman
pH=6 (netral)
pH=4 (asam)
-
pH=2 (Asam)
+ NaOH
Kelarutan
Larut
Larut
_
Larut
Keasaman
pH=4 (asam)
pH=4 (asam)
_
pH=13 (basa)

2.      Uji dengan Asam Nitrit

Tabung A (0,1 glisin)
Tabung B (0,1 glisin)
Tabung C (larutan putih telur)
Tabung D (lar. Putih telur)

Didinginkan 00C
Suhu kamar
Didinginkan 00C
Suhu Kamar
+ 5 ml HCl 10 %
Larutan bening dan Larutan tidak berbau
Larutan bening
Terbentuk seperti gelatin
Terbentuk seperti gelatin
+ NaNO2
Larut, Larutan tidak berbau
Terbentuk endapan, banyak gelembung, larutan bau tidak enak
Terdapat 2 gumpalan, atas berwarna hijau sedangkan yang bawah putih, gelembung lebih sedikit, warna hijau muda, tidak berbau
Gumpalan tambah banyak, warna gumpalan kuning kehijauan, hijau muda, dan larutan warna putih kuning kehijauan

3.      Uji Biuret
Urea dipanaskan timbul bau gas

Filtrat dari urea
Larutan putih telur
+ NaOH 10%
Larutan bening
Larutan bening agak kental
+ CuSO4 2%
Larutan berwarna sedikit ungu
Larutan kental berwarna ungu

4.      Uji Xantoproteat

Tabung A (glisin)
Tabung B (lar. Putih telur)
Tabung C (asam aspartat)
+ HNO3 pekat dipanaskan
Larutan bening terdapat sedikit gelembung
Larutan kuning, putih telur matang
Terjadi letupan, larutan bening kental
Didinginkan,
+ NaOH

Gelembung banyak, warna larutan kuning muda, gumpalan berwarna kuning-putih
Larutan bening

5.      Hidrolisis Protein
Larutan albumin
Pemanasan / refluks
15 menit
45 menit
Menggumpal, berbusa
Coklat, menggumpal, bau tidak sedap

Hasil refluks + NaNO2 5%
Hasil refluks + NaOH 10% + CuSO4 2%
Terbentuk 2 lapisan padatan putih kehijauan dan larutan berwarna kekuningan
+ NaOH 10%= menjadi bening ada gumpalan cokelat
+ CuSO4 2% = menjadi ungu,
Sebelum dipanaskan = terbentuk 2 lapisan, bening dan endapan coklat muda
Dipanaskan = endapan menyebar melayang-layang

6.      Denaturasi Protein
Larutan allbumin + AgNO3 2%
Larutan albumin dipanaskan
Terbentuk larutan bening dan terdapat gumpalan putih diatas
Meletup-letup, kental, terdapat gumpalan (putih telur matang)

F.       PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa uji identifikasi protein yang bertujuan untuk mengetahui beberapa macam identifikasi dan sifat-sifat umum protein. Pada uji protein ini dilakukan beberapa uji, yaitu:
1.      Sifat Amfoter dan Kelarutan
Asam amino bersifat kurang basa daripada sebagian besar asam karboksilat. Asam amino dapat mengalami reaksi asam-basa internal yang menghasilkan suatu ion dipolar yang disebut zwitter ion (ion –COO- dan ion –NH3+). Oleh karena itu, asam bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam ataupun basa).
Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri dari beberapa atom karbon, umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina, pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik.
Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa ketika sampel ditambah aquades bertindak sebagai asam dan larut dalam air, namun pada larutan putih telur hanya larut sebagian dan bersifat basa (pH=12). Sedangkan ketika dalam larutan basa (NaOH), sampel  menunjukan pH yang cenderung ke basa.
2.      Uji dengan asam nitrit
Pada asam amino terdapat gugus karboksil yang dapat dilepaskan dengan proses dekarboksilasi dan menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam amino dapat bereaksi dengan asam nitrit dan melepaskan gas nitrogen. Dari hasil pengamatan yang didapatkan bahwa ketika dalam keadaan suhu kamar gelembung gas nitrogen yang didapatkan lebih banyak dari pada ketika suhu 0o C karena suhu juga mempengaruhi dalam pemutusan ikatan antara gugus karboksil dengan atom N.



3.      Uji Biuret
Uji biuret bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. Uji ini dapat dilakukan dengan cara, sampel yang diduga mengandung protein ditetesi dengan larutan NaOH dan beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi ungu maka larutan tersebut mengandung protein.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa albumin memiliki struktur yang lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial, sehingga terbentuk ikatan peptida. Sedangkan urea yang telah dicampur NaOH kemudian ditetesi CuSO4, hasilnya membentuk larutan warna ungu muda. Sehingga dapat disimpulkan, semakin banyak ikatan peptida yang dimiliki, maka warna ungu akan tampak semakin pekat.
4.      Uji Xantropoteat
Uji xantropotear bertujuan untuk membuktikan adanya cincin benzene pada protein. Uji ini dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada  cincin benzena dari asam amino penyusun protein. Apabila larutan berubah menjadi kuning maka larutan mengandung protein. Warna kuning pada larutan ini disebabkan terbentuknya suatu senyawa polinitrobenzena dari asam amino protein. Putih telur yang di tambahkan NaOH berlebih memberikan hasil positif mengandung protein dengan bukti adanya warna kuning.
5.      Hidrolisis Protein
Protein merupakan poliamida. Hidrolisis protein akan menghasilkan asam-asam amino penyusun protein tersebut. Asam-asam amino yang terdapat dalam protein ada asam-α-aminokarboksilat, yang mempunyai dua gugus fungsi yang berbeda yaitu gugus amina (-NH2) dan gugus karboksil (-COOH).
Adanya asam amino ini diketahui dengan munculnya gelembung gas nitrogen. Pada percobaan ini, termasuk hidrolisis basa karena digunakan NaOH (basa kuat) dalam proses hidrolisis. Secara teori basa pada suhu tinggi, dan tekanan diatas 1 atm dapat merusak protein.
6.    Denaturasi protein
Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Denaturasi kadang dapat menyebabkan flokulasi protein bola tetapi dapat juga mengakibatkan terbentuknya gel.
Pada percobaan ini denaturasi dilakukan dengan ion logam berat dan pemanasan. Garam dari logam berat dapat mempengaruhi sifat koagulasi protein. Protein akan mengalami pengendapan bila ditambahi garam. Pengendapan tersebut terjadi karena daya larut protein yang berkurang sehingga terbentuk endapan. Reaksi ini bertujuan untuk menguji pembentukan endapan dengan garam dari logam berat. Saat albumin direaksikan dengan AgNO3, terbentuk larutan bening dan padatan kuning. Selanjutnya denaturasi dengan pemanasan, dimana larutan albumin langsung dipanaskan dengan api yang mengakibatkan larutan itu menjadi padat. Hal ini menunjukkan bahwa protein menggumpal yang berakibat struktur primer, sekunder dan tersier dari albumin mengalami perubahan. Koagulasi protein terjadi karena pemanasan yang diberikan sehingga memutuskan ikatan-ikatan hidrogen dan ikatan-ikatan disulfida.

G.    KESIMPULAN
1.      Protein dapat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan seperti perubahan suhu, perubahan pH yang ekstrim sehingga protein mengalami denaturasi.
2.      Asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Asam amino juga bersifat amfoter.
3.      Uji asam nitrit dipengaruhi suhu, terbukti pada sampel yang didinginkan 0ºC dan pada suhu kamar, gas yang terbentuk pada suhu kamar lebih banyak.
4.      Uji biuret, untuk mendeteksi adanya ikatan peptide pada protein dan memberikan hasil positif pada asam amino.
5.      Uji xantoproteat, larutan yang positif mengandung inti benzena terdapat pada putih telur.
6.      Protein mengalami denaturasi dengan ion logam berat maupun permanasan.











Semarang, 17 Mei 2014
Mengetahui,
Dosen Pengampu                                                                      Praktikan


(R. Arizal Firmansyah, M.Si)                                            (Munadhiroh)


DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton dkk, Analisis Pangan. Bogor: UPT produksi media informasi LSI-IPB. 1989.
Bodansky, Mikolz.Kimia Peptida. Bandung : ITB. 1998.
Craine, Hart. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. 2003.
deMan, John M. Kimia Makanan Bandung :ITB. 1997.
Fessenden, Ralph J. & Joan S. Fessenden. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa aksara. 1997.
Nahar, Satyajit D. Sarker lutfun. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR. 2009.
Petunjuk Praktikum Kimia Organik, Laboratorium Kimia jurusan tadris kimia fakultas tarbiyah IAIN walisongo semarang.
Riswiyanto, Kimia Organik, Jakarta : ERLANGGA, 2009
Sastrohamidjojo , Hardjono, Sintesis Bahan Alam, Yogyakarta : UGM, 1996
Sutresna, Nana. Cerdas belajar kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama. 2007.
Wilbraham, Antony C. & Michael S. Matta, Pengantar Kimia Organik Hayati. Bandung : ITB, 1992
Wikipedia. 2013. Amfoterisme. Di akses dari :http://id.wikipedia.org/wiki/Amfoter. Pada tanggal 17 Mei 2014, pukul 12.01 WIB.
Wikipedia. 2013. Tembaga(II) Sulfat. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga(II)_sulfat.  Pada tanggal 17 Mei 2014, pukul 12.01 WIB.
Wikipedia. 2013. Perak Nitrat. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Perak_nitrat. Pada tanggal 10 Mei 2014, pukul 12.01 WIB.



LAMPIRAN
        
Sifat amfoter dan kelarutan                           Uji dengan Asam nitrit
                     
Uji Biuret                                 Uji Xantoproteat (+HNO3, dipanaskan)
                     
Uji Xantoproteat                            Hidrolisis Protein (pemanasan 15 menit)
(didinginkan, +NaOH)
                 
Hidrolisis Protein               Hidrolisis Protein         Denaturasi Protein
(pemanasan 45 menit)       (hasil refluks)



[1] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, KIMIA ORGANIK  jilid 2, (Jakarta: Erlangga,1984),  hlm. 363
[2] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, KIMIA ORGANIK  jilid 2, hlm. 364
[3] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia,  (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. 296
[4] Satyajit D. Sarker lutfun nahar, KIMIA UNTUK MAHASISWA FARMASI, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 247
[5]Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia,  (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. 298-299
[6]Hart Craine, KIMIA ORGANIK, ( Jakarta : ERLANGGA, 2003), hlm. 523
[7]Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, KIMIA ORGANIK  jilid 2, (Jakarta: Erlangga,1984),  halm.390
[8]Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia,  (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. 299

[9]  Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK (Jakarta: Binarupa Aksara,1997),  hlm. 650
[10] Lehninger, DASAR-DASAR BIOKIMIA (Jakarta: Erlangga, 1982), hlm. 116
[11] Lehninger, DASAR-DASAR BIOKIMIA, hlm. 116
[12] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK (Jakarta: Binarupa Aksara,1997),  hlm. 653
[13] Riswiyanto, Kimia Organik (Jakarta : Erlangga, 2009) hlm.397
[14] Hart Craine, KIMIA ORGANIK, ( Jakarta : Erlangga, 2003) ham. hlm.528
[15] Riswiyanto, Kimia Organik (Jakarta : Erlangga, 2009) hlm.400
[16] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK, (Jakarta : Binarupa aksara , 1997) ham.695
[17] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK, (Jakarta : Binarupa aksara , 1997) hlm. 663
[18] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK, hlm. 663-664
[19] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia,  (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. 299-300
[20] Mikolz bodansky, KIMIA PEPTIDA, (Bandung : ITB, 1998) hlm. 42-46
[21] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia,  (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm.305
[22] John M. Deman, KIMIA MAKANAN, (Bandung : ITB Bandung, 1997) hlm. 112

[23]Wikipedia. 2013. Amfoterisme. Di akses dari :http://id.wikipedia.org/wiki/Amfoter. pada tanggal 17 Mei 2014, pukul 11.41. WIB.
[24] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia,  (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm.306
[25] Anton Apriyantono, dkk, Analisis Pangan, (Bogor: UPT produksi media informasi LSI-IPB, 1989).hlm. 73
[26] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia,  (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm.307
[27] Sastrohamidjojo, Hardjono. Kimia Organik (Yogyakarta: Gagjah Mada University Press 2005) hlm.144
[28] Ralph J. Fessenden and Joan S. Fessenden, Kimia Organik ( Jakarta: Erlangga 1989) hlm. 395
[29]  Antony C. Wilbraham & Michael S. Matta, PENGANTAR KIMIA ORGANIK DAN HAYATI, (Bandung : ITB, 1992) hlm.217
[30] Antony C. Wilbraham & Michael S. Matta, PENGANTAR KIMIA ORGANIK DAN HAYATI, hlm.216
[31] John M. Deman, KIMIA MAKANAN, (Bandung : ITB Bandung, 1997) hlm. 105
[32] John M. Deman, KIMIA MAKANAN, hlm.107
[33]Wikipedia. 2013. Tembaga(II) Sulfat. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga(II)_sulfat.  Pada tanggal 17 Mei 2014, pukul 12.01 WIB.
[34]Wikipedia. 2013. Perak Nitrat. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Perak_nitrat. Pada tanggal 17 Mei 2014, pukul 12.01 WIB.