Jumat, 05 Juni 2015

LAPORAN ORAKTIKUM KIMIA ORGANIK LIPID



LAPORAN ORAKTIKUM KIMIA ORGANIK
LIPID
A.     TUJUAN
Mengetahui beberapa macam identifikasi dan sifat-sifat umum lipid.

B.     DASAR TEORI
Lemak (bahasa Yunani Lipos berarti lemak) adalah senyawa yang tak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik yang relatif non polar, misalnya dietil eter atau kloroform. Oleh sebab itu, senyawa ini dibagi menurut sifat fisiknya yaitu senyawa yang larut dalam pelarut non polar dan yang tidak larut dalam air dan tidak dibagi menurut strukturnya.[1] Lipid merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan dan kira-kira 40% dari yang kita makan setiap hari. Lipid dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut non polar yang mengandung  unsur-unsur  karbon,  hidrogen,  dan  oksigen,  kadang-kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor.  Apabila lipid dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak.[2]
Meskipun struktur lemak bermacam-macam, semua lemak mempunyai sifat struktur yang spesifik, yaitu mempunyai gugusan hidrofob yang banyak sekali dan hanya sedikit, jika ada, gugusan hidrokarbon hidrofil.[3]
Adanya ekohidrokarbon panjang yang bersifat nonpolar menyebabkan lemak bersifat nonpolar. Oleh karena itu, lemak dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform NaCO3. Secara umum, lipid tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar, melainkan dapat terdispersi membentuk misel. Hal ini disebabkan adanya proses penyabunan. Alkali dan asam encer dapat mengubah asam lemak menjadi sabun yang berupa garam asam lemak. Selain bergantung pada kepolaran pelarut, kelarutan lipid juga bergantung pada panjang rantai hidrokarbon yang dikandungnya. Semakin panjang rantai, kelarutannya akan semakin berkurang.[4]
Lipid akan terhidrolisis jika dilarutkan dalam asam atau basa, air, dan enzim lipase. Hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan  gliserol dan asam-asam lemak  penyusunnya. Hidrolisis lipid oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkancampuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Proses hidrolisis ini disebut penyabunan atau saponifikasi. Hidrolisis oleh air akan terjadi jika lemak/minyak dipanaskandengan air pada suhu 180º C dan tekanan 10 atm, kemudian akan terhidrolisismenjadi gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol larut dalam air, sedangkan asam lemak terapung di atas air .[5]  “Hidrolisis lemak oleh alkali disebut penyabunan. yang dihasilkan adalah gliserol dan garam alkali asam lemak yang disebut sabun”.
Setiap suatu senyawa mempunyai fungsi sesuai dengan kandungan yang dimilikinya. Lipid mempunyai fungsi sebagai berikut[6]
a)      Sebagai sumber energi yang efisien ketika tersimpan dalam jaringan adiposa bagi tubuh
b)      Sebagai sumber asam lemak essensial
c)      Sebagai pelarut vitamin A,D,E, dan K
d)     Sebagai penyekat panas disekeliling organ tertentu
e)      Sebagai penyekat listrik untuk perambatan cepat pada syaraf bermyelin.

Sifat Fisika dan Kimia Lipid
Untuk mengetahui komposisi penyusun lipid dapat dilakukan dengan pengujian sifat fisika dan kimia suatu minyak juga dipakai untuk keperluan identifikasi jenis minyak dan penilaian mutu minyak/lemak. Pada umumnya pengujian sifat ini meliputi sifat penyabunan, titik leleh, warna minyak, kelarutan dalam pelarut organik, jumlah ikatan rangkap atau derajat ketidak jenuhan, ketengikan, asam lemak basa, bilangan iod dan bilangan peroksida. Pengujian ini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
1.      Kelarutan
Suatu kelarutan dapat larut dalam pelarut tertentu apabila mempunyai polaritas yang sama. Senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar. Minyak dan lemak meruapakan senyawa non polar sehingga senyawa ini mudah larut dalam pelarut non polar seperti kloroform, karbon disulfida, karbon tetraklorida, dsb. Kelarutan dari minyak/lemak perlu diketahui untuk menentukan dasar pemilihan pelarut dalam pengambilan minyak dengan ekstrasi minyak/lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak. Untuk asam-asam lemak yang berantai pendek dapat mudah larut dalam air. Semakin panjang rantai asam lemak kelarutan dalam air akan berkurang. Sebagaicontoh asam kaprilat pada suhu 300 C mempunyai kelarutan 1 gram dalam 100 ml air sedangkan pada suhu yang sama untuk asam stearat mempunyai kelarutan 0,00034 gr/ml air. Untuk asam lemak tidak jenuh sangat mudah larut dalam beberapa pelarut organik dibanding dengan asam lemak jenuh. Perbedaan kelarutan asam lemak ini juga sering dipakai sebagai dasar untuk melakukan pemilihan pelarut dalam proses rekristalisasi.
2.      Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah tertentu seperti minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai jumlah milligram Kalium Hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak.[7]
Jika asam lemak yang terdapat dalam minyak mempunyai berat molekul rendah ( rantai pendek ) maka jumlah gliseridanya semakin banyak. Hal ini menyebabkan bilngan penyabunan meningkat.
Lemak yang mengandung komponen yang tidak tersabunkan seperti sterol mempunyai bilangan penyabunan rendah. Namun untuk minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi memnpunyai bilangan tinggi. Tingginya bilangan penyabunan ini disebabkan ikatan tidak jenuh dapat terolsidasi menghasilkan senyawa bergugus fungsi karbonil yang pada akhirnya dapat juga beraksi dengan alkali.

Bilangan penyabunan : A-B x ½ Mr KOH
                                                     Massa sampel
Keterangan           :
A                          : Volume HCl titrasi blangko (mL)
B                          : Volume HCl titrasi sampeln(mL)
Mr KOH              : 56,1 gram/mol
Massa sampel       : massa gram sampel

Reaksi saponifikasi adalah sebagai berikut :
           
3.      Kerusakan Lemak dan Minyak
Kerusakan lemak/minyak sering ditandai munculnya perubahan bau dan flavor (  cita rasa  ) dalam lemak atau bahan makan yang mengandung lemak. Ada beberapa penyebab kerusakan miinyak antara lain karena pengaruh enzim yang  merusak lemak,pengaruh mikroba dan reaksi oksidasi oleh oksigen udara. Kerusakan karena enzim dapat terjadi apabila terdapat enzim lipase yang mampu menghidrolisis lemak sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak yang dihasilkan dalam proses hidrolisis ini akan dapat mempengaruhi bau dan flavor lemak. Asam lemak bebas yang mudah menguap, dengan jumlah atom karbon C-4, C-6, C-8, dan C-10 menimbulkan bau tengik dan rasa tidak enak.

Secara garis besar, lipid diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu:
a.       Lipid Sederhana, lipid yang tersusun atas asam-asam lemak dan alkohol.  Adapun yang tergolong lipid sederhana diantaranya adalah:
Ø  Trigliserida
Trigliserida merupakan suatu ester dari asam lemak dan gliserol. Struktur trigliserida memiliki gugus alkil (R1, R2, R3) yang merupakan gugus non polar dengan jumlah atom karbon antara 11 sampai 23. Dalam kehidupan sehari-hari trigliserida dikenal dengan lemak dan minyak. Asam lemak pada disini merupakan asam-asam karboksilat rantai panjang dengan jumlah atom C genap, seperti asam stearat, asam palmitat, asam oleat dan lain-lain. [8]



Adapun struktur dari trigliserida:
Ø  Waxes (lilin)
Waxes merupakan ester dari asam lemak dengan alkohol alifatis monohidrat rantai panjang. Lilin adalah zat padat yang mempunyai titik leleh rendah. Titik leleh lilin lebih tinggi dari pada titik leleh trigliserida, oleh sebab itu lilin tidak meleleh pada temperatur badan. Lilin tidak bisa disabun karena mengandung hidrokarbon yang panjang dan tidak larut dalam air. Lilin berfungsi sebagai pelindung kulit dan bulu, pelindung daun dan buah atau sebagai sekresi. 
Terdapat tiga macam lilin yang spesifik adalah madu lebah (beeswax) yaitu lilin yang dikeluarkan lebah untuk membentuk madu; carnauba wax adalah lilin yang membalut daun Brazilian palm dan mempunyai titik leleh relative tinggi sehingga digunakan sebagai bahan pengilat mobil; spermaceti adalah lilin yang dipisahkan dari minyak yang diperoleh dari kelapa sperma ikan paus.[9]
Ø  Stereol
Sterol merupakan senyawaan hidroksi dari steroid-steroid. Sterol-sterol dalam lipid dapat berada dalam bentuk esternya dengan asam lemak maupun dalam bentuk bebasnya. Steroid merupakan lipid yang bukan turunan ester dan tidak memiliki gugus asam lemak. Gugus non polar pada steroid berupa struktur dasar yang terdiri atas 17 atom karbon dengan bentuk empat buah cincin. Contoh senyawa steroid yaitu kolesterol, estrogen, testosterone, dehidroksi kolesterol, ergosterol dan asam-asam empedu.  Makanan yang banyak mengandung kolesterol diantaranya yaitu telur, hati, ginjal, otak, udang, dan lemak hewan. Senyawa-senyawa steroid memiliki beberapa fungsi. Misalnya, kolesterol berperan dalam proses pengangkutan lemak dalam tubuh; estrogen dan testosterone befungsi sebagai hormone kelamin; dehidroksi kolesterol dan ergosterol berperan sebagai provitamin D.[10]

b.      Lipid Majemuk yaitu ester dari gliserol dan asam lemak yang mengandung gugus lain selain asam lemak.
Ø Fosfolipid
Fosfolipid adalah suatu lipid ketika dihidrolisis akan menghasilksn asam lemak, gliserol, asam fosfat serta senyawa nitrogen. Fosfolipid dari diasetilester gliserol disebut fosfogliserida. Seyawa ini mengandung dua gugusan asam lemak (RCO2-) umumnya ester asam palmiat, stearat atau oleat. Gugusan fosfat ester diikat oleh gugusan hidroksil yang ketiga. Fosfolipid juga mudah didehidrasi sehingga dapat dihilangkan proses pemurnian.[11]
Contoh struktur fosfolipid :
Ø  Serebrosida
serebrosida adalah lipid yang mengandung asam lemak suku tinggi. Serebrosida merupakan senyawa yang terbentuk dalam jaringan otak dan merupakan suatu penyususun kurang lebih 7% berat kering otak dan pada jaringan saraf. Contoh : galaktosa.
Ø  Glukolipid
glukolipid adalah suatu lipid kompleks yang mengandung karbohidrat. Contoh : Sfingosin.
Selain itu ada juga turunan lemak, yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari hidrolisis atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun lemak, asam lemak, dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak tanpa ikatan rangkap (jenuh), kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormon steroid (kortisol, prednison, estrogen, progesteron, testosteron, dan aldosteron)

Lemak atau Minyak
            Minyak dan lemak memiliki sifat yang berbeda. Lemak berupa padatan, umumnya berasal dari hewan, kecuali lemak cokelat. Adapun minyak berupa cairan pada suhu ruangan dan umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak jagung. Perbedaan wujud lemak ini bergantung pada asam lemak penyusunnya. Lemak yang berwujud padat banyak mengandung asam lemak jenuh, sedangkan minyak yang berwujud cair banyak mengandung asam lemak tak jenuh.
            Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Asam lemak jenuh terdiri dari asam lemak tak jenuh tuggal dan asam lemak tak jenuh ganda.
            Secara umum lipid mengandung lemak atau minyak yang terkandung didalamnya. Lemak atau minyak merupakan asam karboksilat atau asam alkanoat jenuh alifatis(tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, memiliki rantai lurus, dan tidak bercabaang) dengan gugus utama –COOH dalam bentuk ester atau gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol suku tinggi.[12]
            Suatu asam lemak merupakan suatu rantai hidrokarbon dengan suatu gugusan karboksil terminal dan telah diidentifikasi lebih 70 asam lemak yang tersedia dialam. Asam lemak jenuh tidak mengandung ikatan ganda C=C dalam strukturnya, sementara asam lemak tidak jenuh tidak memiliki satu atau lebih ikatan ganda. Perbedaaan antara lemak dan minyak bersifat sebarang pada temperatur kamar, lemak terbenruk padat dan minyak berbentuk cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa minyak, sedangkan pada tumbuhan cenderung berbentuk minyak yang biasa disebut minyak nabati. Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak disebut asam lemak.
            Suatu ester asam karboksilat adaah suatu senyawa yang mengandung gugus –CO2R dengan R dapat terbentuk alil atau alkil. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol yang disebut reaksi esterifikasi. Esterifikasi berkatalis asam dan merupakan reaksi yang reversible.[13]

Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karoksilat dan alcohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Ester adalah uatu senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril, dalam reaksi esterifikasi ikatan yang terputus adalah ikatan C-O asam karboksilat.

Hidrolisis Lemak dan Minyak
            Hidrolisis lemak dan minyak  akan menghasilkan asam-asam karboksilat. Lemak dan minyak tersebut berasal dari alam yang strukturnya mempuyai rantai bercabang dengan jumlah atom karbon genap. Kebanyakan asam-asam karboksilat yang diperoleh dari lemak dan minyak adalah memiliki jumlah atom karbon :C14-, C16-,dan  C18-. Sebagai tambahan hasil hidrolisis terhadap lemak atau mentega memberikan sejumlah kecil asam karboksilat jenuh dengan jumlah karbon genap C4-C12. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam-asam butirat(butanoat), kaproat(heksanoat), kaprilat(oktanoat), kaprat(dekanoat) dan laurat(dekanoat).
Contoh asam karboksilat jenuh : CH3(CH2)14COOH(Asam palmiat atau asam heksadekanoat).[14]

Uji Identifikasi Lipid
1.      Uji ketidakjenuhan
      Uji ini digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam lemah jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indicator perubaha. Reaksi positif ketidak jenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemah, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar mrnandakan bahwa banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemah. Warna merah muda hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemah tak jenuh telah mereduksi bahwa asam lemah tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod Hubl.
2.      Uji akrolein
      Uj ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak atau minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Say Tch Encyclopedia, uji akrolein digunakan untuk menguji keadaan dliserin atau lemak.

Bilangan Asam dan Bilangan Peroksida
            Bilangan Asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Bilangan asam ini menyatakan jumlah asam lemak bebas yang terkadang dalam minyak atau lemak dan biasanya dihubungkan dengan proses hidrolisa minyak atau lemak yang berkaitan dengan mutu suatu minyak atau lemak.  
            Sedangkan penentuan bilangan peroksida biasanya didasarkan pada pengukuran sejumlah iod yang dibebaskan dari potasium Iodida melalui reaksi oksidasi oleh peroksida dalam lemak atau minyak pada suhu ruang didalam medium asam asetat atau kloroform.[15]  
Analisa Bahan :
1.      Larutan KHSOadalah larutan yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, korosif, tidak mudah terbakar, sangat bahaya  jika kontak langsung dengan mata, kulit dan tertelan dan bahaya jika dihirup.
2.      Larutan KOH adalah larutan yang tidak berbau, tidak berwarna, korosif, tidak mudah terbakar, sangat bahaya jika kontak langsung dengan mata, kulit, tertelan dan terhirup.
3.      Larutan NaCl adalah larutan yang tidak berwarna, sedikit berbau, berasa asin(garam), sedikit korosif, tidak mudah terbakar, sedikit bahaya jika kontak langsung dengan mata, kulit,tertelan dan terhirup.
4.      Larutan CaCl2 adalah larutan yang tidak berbau, berwarna, tidak korosif, tidak mudah terbakar, bahaya keyika kontak langsung dengan mata, tertelan, terhirup dan sedikit bahaya jika kontak dengan kulit.
5.      Kloroform adalah cairan yang tidak berwarna, berbau, berasa pedas, tidak korosif, tidak mudah terbakar, bahaya jika kontak langsung dengan kulit, mata, tertelan dan terhirup.
6.      Larutan KI adalah larutan yang rasanya pahit, berwarna putih, korosif, tidak mudah terbakar, sedikit bahaya jika kontak langsung dengan mata, kulit, tertelan, dan terhirup.
7.      Larutan Na2S2O3 adalah larutan yang tidak berwarna, tidak korosif, tidak mudah terbakar, bahaya jika kontak langsung dengan kulit, mata, tertelan dan terhirup.
8.      Larutan HCl adalah komponen utama asam lambung. Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa dan digunakan untuk mencerna sampel-sampel analisis.
9.      Indikator pp adalah indicator yang digunakan dalam praktikum titrasi. Indikator pp mempunyai rentang pH 8,0-9,6 dengan perubahan warna dari tak berwarna menjadi berwarna.
10.  Eter adalah pelarut organik yang baik.
11.  Asam asetat glasial adalah senyawa asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Kegunaanya untuk bahan baku industri seperti produksi polimer, dan lain-lain.[16]   

C.     ALAT DAN BAHAN
Alat :                                                              
1.      Tabung reaksi                               
2.      Rak tabung reaksi
3.      Pipet tetes
4.      Gelas ukur
5.      Gelas beker
6.      Erlenmeyer
7.      Penjepit tabung
8.      Set kompor spirtus
9.      Sendok
10.  Kertas lakmus
11.  Buret dan statif
Bahan :
1.      Minyak kelapa                               11.   NaOH 40%
2.      Eter                                               12.   Larutan NaCl jenuh
3.      Margarin                                        13.   Aquades
4.      Air sabun                                       14.   Larutan CaCl2
5.         Margarin                                       15.   KOH 0,5 N alkoholis
6.         Larutan KMnO4                           16.   HCl 0.5 N
7.      Larutan KOH 0,1 N                      17.   Asam asetat glacial 60%
8.         Alkohol 95%                                18.   Kloroform 40%
9.         KHSO4                                         19.   Larutan KI jenuh
10.  Indikator pp                                  20.   Na2S2O3 0,01 N

D.     CARA KERJA
1.      Uji Ketidakjenuhan
 


















2.      Uji Akrolein
 














3.      Penentuan bilangan asam
 
















4.      Reaksi Saponifikasi dan Bilangan Penyabunan
a)      Reaksi Saponifikasi
 



























b)      Bilangan Penyabunan
 














5.     
Ditimbang 5 gram minyak atau lemak
 
Bilangan Peroksida
 







E.      HASIL PENGAMATAN
1.      Uji ketidakjenuhan
Tabung
A
Minyak kelapa dalam eter
B
Margarine dalam eter
C
Air sabun 1 %
+KMnO4
Terdapatdualapisan : bagianbawahberwarna endapan kuningcoklatdanbagianatasbening keruh
Terdapat dua lapisan : bagian bawah berwarna endapan kuning kecoklatan dan bagian atas berwarna kuning
Larut sempurna, berwarna orange kecoklatan

2.      Uji akrolein
Tabung
Minyak kelapa
Gliserol
+KHSO4
Tidak berbau dan terdapat endapan putih
Berbau tengikdanlarutanbening

3.      Bilangan asam
VKOH             : 0,3 ml                                    NKOH                     : 0,1 N
Mr KOH   : 56,1 g/mol                            Massa sampel : 5 gram

perhitungan :

= 0,3366
4.      Reaksi Saponifikasi dan Bilangan Penyabunan
a.       Reaksi Saponifikasi
Uji
Pengamatan
Wujud
Padat
Bau
Berbau tengik
Ph
Lakmus merah→lakmus biru bersifat basa (pH ≥ 7)
+CaCl2
Endapan putih melayang
Cuci tangan
Keset di tangan, sedikit berbusa dan bau tidak enak

b.      Bilangan Penyabunan
A : 39,5 ml                                    MrKOH              : 56,1 g/mol
B :39 ml                                        massasampel : 5 gram
Perhitungan :

        = 2,8050
5.      Bilangan peroksida
A :27,5 ml                                   NNa2S2O3          : 0.01 N
B :7 ml                            massasampel                : 5 gram
Perhitungan :
Miliekivalen per 1000 gram       = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x 1000
                                                                   Massa sampel
                                                    = 27,5 ml x 0.01 N x 1000
                                                                    5 gram
                                                    = 55
   

Milimol per 1000 gram         = 0,5 x V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x 1000
                                                                Massa sampel
     = 0,5 x 7 ml x 0,01 N x 1000
5 gram
     = 7

Miligram O2 per 100 gram  = (a-b) x N Na2S2O3 (0,5 x Mr O2) x100
                                                                                 Massa sampel
                                                             = (27,5 - 7)mL x 0,01 N (0,5 x 32) x 100
                                                                                          5 gram
                                                              = 65,6
F.      PEMBAHASAN
1.      Uji Ketidakjenuhan
Percobaan ini dilakukan untuk menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lemak. Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh. Asam lemak utama yang terdapat dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat. Margarin merupakan salah satu produk makanan konsumsi sehari-hari yang dibuat dengan menggunakan bahan baku lemak nabati. Margarin dibuat melalui proses hidrogenasi asam lemak tak jenuh yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah emulsi air dalam minyak yang berbentuk padat.
Pada hasil percobaan, minyak, margarin dan air sabun memberikan hasil positif yaitu dengan hilangnya warna larutan KMnO4. Minyak menghasilkan warna kuning kecoklatan, margarin juga menghasilkan warna kuning kecoklatan, dan air sabun menghasilkan warna orange/jingga. Hal itu berarti pada ketiga zat itu, terdapat ikatan tak jenuh (ikatan rangkap) sehingga dengan penambahan larutan KMnO4, terjadi reaksi adisi yang menyebabkan hilangnya warna larutan KMnO4.
2.      Uji Akrolein
Uji akrolein bertujuan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak  dan uji ini tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein. Hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol. Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan, minyak kelapa ditambah KHSO4 setelah dipanaskan tidak tercium bau yang tengik dan lama kelamaan didiamkan terdapat endapan putih dibawah. Sedangkan pada gliserol dan KHSO4 tercium bau yang sangat tengik dan larutan berwarna bening. Timbulnya bau tersebut disebabkan terbentuknya akrilaldehida atau akrolein. Oleh karena timbulnya bau yang tajam itu, akrolein mudah diketahui dan reaksi ini telah mengandung gliserol seperti minyak dan lemak. Penambahan pereaksi KHSO4 pada reaksi ini bertujuan untuk mengkatalisis gliserol yang mungkin ada dalam larutan sampel.

3.      Penentuan Bilangan Asam
Uji  bilangan asam bertujuan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapaat dalam minyak atau lemak dan besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian ataupun umur dari minyak atau lemak tersebut. Dengan kata lain, bilangan asam ini digunakan untuk kualitas minyak goreng dengan nilai batas 2 mg KOH/gram minyak. Pada percobaan yang telah dilakukan, larutan (minyak dan etanol) dititrasi dengan KOH beserta penambahan indikator pp terbentuk warna merah muda. Hal tersebut menunjukkan reaksi bersifat asam.
Bilangan asam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Bilangan asam = V KOH x N KOH x Mr KOH
                                            Massa sampel
Dalam percobaan, bilangan asam yang dihasilkan adalah 0,3366 dari 0,3mL  KOH yang dibutuhkan untuk titrasi. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semakin banyak mL KOH yang digunakan, semakin banyak asam lemak bebas yang harus dinetralkan. Sehingga dapat disimpulkan juga bahwa minyak dengan bilangan asam 0,3366 layak digunakan.

4.      Reaksi Saponifikasi dan Bilangan Penyabunan
Asam lemak bila bergabung dengan alkali (KOH/NaOH) akan membentuk sabun, yang berfungsi sebagai emuglator. Pada percobaan ini, dengan adanya pemanasan dan penambahan alkali (KOH/NaOH) maka senyawa lemak akan membentuk gliserol dan sabun atau garam asam lemak. Proses ini lebih dikenal dengan nama saponifikasi. Perbandingan jumlah busa (indikasi terbentuknya sabun) pada penambahan KOH daan penambahan NaOH adalah sama.
Pada minyak, asam lemak utama yang terdapat di dalamnya adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi).
Dari percobaan tersebut, sabun saat dicoba untuk mencuci tangan tersasa kesat, sedikit berbusa, namun tidakberbau wangi.

5.      Bilangan Peroksida
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak dengan cara titrasi redoks. Apabila minyak mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat.
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasiradikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti hematin, hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase. Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Menurut teori sebuah atom lemak, minyak, mentega, margarin mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi, sehingga membentuk radikal bebas. Kemudian radikal ini  dengan membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stail dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak.
Pada percobaan ini, dihasilkan larutan bewarna orange. Warna orange pada uji ketengikan menunjukan bahwa yang diuji cukup tengik. Warna orange dihasilkan dari reaksi antara floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi lemak/minyak tersebut. Ketengikan yang terjadi pada suatu bahan dipengaruhi proses penyimpanan yang terlalu lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas yang menyebabkan bahan menjadi tengik, dengan kata lain ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas.
Dari percobaan ini, didapatkan bilangan peroksida sebanyak 55. Angka ini menunjukkan bahwa minyak tersebut tidak layak digunakan karena melebihi standar bilangan peroksida yang telah ditentukan yaitu sebanyak 10.

G.     KESIMPULAN
Lemak adalah segolongan besar senyawa tak larut dalam air yang terdapat di alam. Lipid juga merpakan senyawa yang heterogen dan termasuk salah satu bahan makanan yang sangat penting. Senyawa lipid tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena, dan karbon tetraklorida.
Adanya lipid dan sifat-sifatnya dapat diidentifikasi dengan:
1.      Uji ketidakjenuhan
Uji ketidakjenuhan ini bertujuan untuk mengetahui asam lemak termasuk asam lemak jenuh atau asam lemak tidak jenuh.
2.      Uji akrolein
Uji akrolein ini bertujuan untuk mengetahui adanya akrolein dan gliserol. Pada percobaan ini diperoleh bahwa bau gliserol lebih menyengat dari minyak kelapa.
3.      Penentuan bilangan asam
Uji penetapan bilangan asam ini bertujuan untuk menghitung nilai angka asam. Pada percobaan ini diperoleh bilangan asam sebesar 0,3366 mg/gram. Hal ini menunjukkkan bahwa sampel minyak masih layak untuk digunakan.
4.      Reaksi saponifikasi dan bilangan penyabunan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui terjadinya  hidrolisisis minyak oleh alkali dan mengetahui bilangan penyabunan pada sampel minyak. Lemak dan minyak dapat terhidrolisis,lalu menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol. Bilangan penyabunan yang diperoleh pada percobaan in sebesar 2,8050.
5.      Penentuan bilangan peroksida
Uji penetapan bilangan peroksida ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat oksidasi minyak. Dari percobaan ini diperoleh bilangan peroksida sebesar 55 meq/g; 7 mmol/g dan 65,5 mg/g.



Semarang, 2014
Mengetahui,
Dosen Pengampu                                                                                                        Praktikan


(R.Arizal Firmansyah, M.Si)                                                                           (Munadhiroh)

































DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton, dkk, 1989. Analisis Pangan.Bogor: Institut Pertanian Bogor
Deman, M. John. 1997. Kimia Makanan. Bandung: ITB
Fessenden, Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta:  Binarupa Aksara
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga
Lehninger.1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Sastrohamidjojo, Hardjojo. 2005. Kimia Organik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sutresna, Nana. 2008. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama
 Tim Dosen Kimia Organik. 2013. Petunjuk Praktikum kimia Organik. Semarang: Laboratorium Pendidikan kimia Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Fessenden, Ralph J, dkk.,1997.  Kimia Organik edisi kedua. Jakarta: Binarupa Aksara




[1] Ralph J. Fessenden, dkk., Kimia Organik edisi kedua, (Jakarta: Erlangga, 1984), hlm  621
[2] Hart, Harold. Kimia Organik. Edisi Kesebelas. (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm 461
[3] Ralph J. Fessenden, dkk., Kimia Organik edisi kedua,(Jakarta: Binarupa Aksara, 1997), hlm 621
[4] Lehninger, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1982), hlm 341
[5] Lehninger, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, hlm 343
[6] Tim Dosen Kimia Organik. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. (Semarang: Laboratorium Pendidikan kimia Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo) hlm 30
[7] Apriyantono, Anton, Dkk.1989. Analisis Pangan. (Bogor: Institut Pertanian Bogor). hlm 103
[8] Fessenden, Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara.622
[9] Fessenden, Fessenden. Dasar-Dasar Kimia Organik. (Jakarta: Binarupa Aksara. 1997). hlm 628-629
[10] Nana Sutresna. Cerdas belajar kimia. (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007) hlm 311-313.
[11] John M Deman.Kimia Makanan.(Bandung: ITB, 1997) hlm 61
[12] Nana Sutresna. Cerdas Belajar Kimia. (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008). hlm 310
[13] Hardjojo Sastrohamidjojo. Kimia Organik. (Yogyakarta.Gajah Mada University Press, 2005). hlm 98
[14] Hardjojo Sastrohamidjojo. Kimia Organik. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005). hlm 104
[15] Anton Apriyantono. Analisis Pangan. (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 1989). hlm 97-104

[16] Tim Dosen Kimia Organik. Petunjuk Praktikum kimia Organik. (Semarang: Laboratorium Pendidikan kimia Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2013). hlm 32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar