LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
REAKSI ASETILASI “PEMBUATAN ASPIRIN”
A.
TUJUAN
Memahami reaksi
asetilasi pembuatan aspirin dari asam salisilat dan asam asetat anhidrad.
B.
DASAR
TEORI
1.
Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap
demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat
digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran
penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia (Schror K. 2009)
Asam
salisilat (o-hidroksi asam benzoat) merupakan senyawa bifungsional, yaitu gugus
fungsi hidroksil dan gugus fungsi karboksil. Dengan demikian asam salisilat
dapat berfungsi sebagai fenol (hidroksi benzena) dan juga berfungsi sebagai
asam benzoat. Baik sebagai asam maupun sebagai fenol, asam salisilat dapat mengalami
reaksi esterifikasi. Bila direaksikan dengan anhidrida asam akan mengalami
reaksi esterifikasi menghasilkan asam asetil salisilat (aspirin). Apabila asam
salisilat direaksikan dengan alkohol (metanol) juga mengalami reaksi
esterifikasi menghasilkan ester metil salisilat (minyak gandapura)
.(Horizon,2011)
Cara Kerja Aspirin dalam
bentuk tablet mengandung asam asetilsalisilat 0,5 g. Dimaksudkan untuk
mengatasi segala rasa sakit terutama sakit kepala/ pusing, sakit gigi, pegal
linu dan nyeri otot, pilek, influenza dan demam. Efek terapeutik aspirin,
menghambat pengaruh dan biosintesa dari zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri,
demam dan peradangan (prostaglandin, kinin), days keria antipiretik dan
analgetik pada aspirin berpengaruh langsung susunan saraf pusat (Dirjen POM,
1979). Beberapa penelitian menyebutkan aspirin dapat digunakan untuk pencegahan
kanker usus besar (kolorektal), kanker payudara, kanker prostat, kanker paru,
Alzheimer dan penyakit lainnya.
Selain
mempunyai banyak manfaat, penggunaan aspirin juga dapat menimbulkan bahaya.
Penggunaan berulang dapat menyebabkan pendarahan gastrointestinal, indikasi
tukak lambung atau tukak peptik yang kadang – kadang disertai anemia sekunder
akibat perdarahan saluran cerna dan jika dikonsumsi dalam dosis tinggi (10
sampai 20 g) dapat mengakibatkan kematian.(Tjay, 2002).
Sifat-sifat fisika dan kimia dari aspirin
adalah sebagai berikut :
Sifat fisika
aspirin :
1.
Massa molekul relatif aspirin adalah 180 gram/mol
2.
Titik leleh aspirin adalah 133,4°C
3.
Titik didih aspirin adalah 140°C
4.
Aspirin merupakan senyawa padat berbentuk kristal
5.
Berat molekul aspirin adalah 180,2 gram/mol
6.
Berat jenis aspirin adalah 1,4 gram/mL
Sifat kimia aspirin :
1. Sukar larut dalam air, kelarutan dalam air 10 mg/mL
(20 °C)
2. Larut
dalam etanol
3.
Larut dalam eter
4. Merupakan
senyawa polar
Kegunaan
dari aspirin adalah sebagai berikut :
•
Anpiretik
•
Analgesik
•
Antiinflamasi
2.
Reaksi
Asetilasi
Asetilasi merupakan proses
penggantian atom H pada gugus -OH atau -NH3 oleh gugus asetil. Zat
pengasetelasi yang umum ialah anhidra asetat, asetil klorida, dan ketena
<mulyono.Reaksi asetilasi ini merupakan reaksi yang setimbang. Reaksi
asetilasi sama dengan reaksi esterifikasi, yaitu reaksi antara alkohol dan asam
sehingga dihasilkan suatu ester dan air (Groggin, 1985).
Ester merupakan turunan asam
karboksilat yang gugus – OH dari karboksilnya diganti dengan
gugus – OR dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan
alkohol, atau dari anhidrida asam denga alcohol.Suatu ester asam karboksilat
merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R dengan R dapat berbentuk
alkil maupun aril.Alkohol dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat
membentuk ester asam karboksilat.Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi
(Fessenden & Fessenden, 1986).
Produksi ester secara industri
dilakukan dengan mereaksikan asam asetat anhidrat dengan alkohol.Esterifikasi
berkataliskan asam merupakan reaksi yang reversible.Asam
anhidrat ialah turunan dari asam dengan mengambil air dari dua gugus karboksil
dan menghubungkan fragmen-fragmennya.
Ester yang dibuat dengan cara ini adalah asam asetil salisilat atau yang
lebih dikenal dengan aspirin.
Proses
sintesis aspirin harus dalam kondisi bebas air, dikarenakan aspirin yang
terbentuk akan terhidrolisis kembali menjadi asam salisilat jika dalam keadaan
berair. Mengingat sifatnya yang higroskopis, asam sulfat juga berperan sebagai
penyerap air.
3. Kristalisasi dan Rekristalisasi
Kristalisasi merupakan suatu metode
untuk pemurnian zat dengan pelarut dan dillanjutkan dengan pengendapan.
Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di
mana terjadi perpindahan massa (mass
transfer) dari suat zat terlarut (solute)
dari cairan larutan ke fase kristal padat. Pelarut kristalisasi merupakan
pelarut yang dibawa oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan tergantung
dalam struktur Kristal. Karakter proses kristalisasi ditentukan oleh
termodinamika dan faktor kinetik. Faktor-faktor seperti tingkat ketidakmurnian,
metoda penyamburan, desain wadah, dan profil pendinginan bisa berpengaruh besar
terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. keadaan inilah yang
menyebabkan kristalisasi sulit untuk di kontrol.
Rekristalisasi adalah pemurnian
suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan
kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip
rekristalisasi yaitu perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya.
Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang
diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya. Rekristalisasi juga
berkaitan erat dengan suhu. Konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil
dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti
yang rendah tetap dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi
akan mengendap. Kristalisasi dari zat akan menghsilkan kristal yang identik dan
teratur bentuknya sesuai dengan sifat kristal senyawanya. Dan pembentukan
kristal ini akan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.
4. Uji Titik Leleh
Titik leleh atau titik lebur dari
sebuah benda zat adalah suhu dimana benda atau zat mengalami perubahan fisik
dari fase padat ke fasa cair.(Mulyono,2006. Hal417). Ketika dipandang dari sisi
yang berlawanan (dari cair menjadi padat) disebut titik beku. Pada sebagian
besar benda, titik lebur dan titik beku biasanya sama. Contoh, titik lebur dan
titik beku dari "raksa" adalah 234,32 kelvin (-38,83 °C atau -37,89
°F) Namun, beberapa subtansi lainnya memiliki temperatur beku cair yang berbeda. contohnya
"agar-agar", mencair pada suhu 85 °C (185 °F) dan membeku
dari suhu 32-40 °C (89,6 - 104 °F); fenomena ini dikenal sebagai
hysteresis. Beberapa benda lainnya, seperti kaca, dapat mengeras tanpa
mengkristal terlebih dulu; ini disebut amorphous
solid.Tidak seperti titik didih, titik lebur tidak begitu terpengaruh oleh
tekanan (wikipedia, 2014).
Senyawa – senyawa murni
suhunya hampir tetap selama meleleh atau disebut juga mempunyai titik leleh
yang tajam, misalnya 125,5° - 126° atau 180° - 181°, sedangkan untuk senyawa
yang sama tetapi tidak murni akan meleleh pada interval suhu yang lebar, missal
123° – 126° atau 176° – 180°. Pengotoran yang menyebabkan penurunan titik leleh
ini mungkin adalah suatu bahan berbentuk resin yang tidak diidentifikasi atau
senyawa lain yang mempunyai titik leleh lebih rendah atau lebih tinggi dari
senyawa utamanya. Bila suatu senyawa A yang murni meleleh pada suhu 150° – 151°
dan senyawa B murni meleleh pada suhu 120° – 121°, maka bila senyawa A ditambah
senyawa B, campuran ini akan meleleh secara tidak tajam pada daerah suhu di
bawah 150°. Sebaliknya bila senyawa B ditambah sedikit senyawa A, campuran ini akan meleleh di atas suhu
120°. Alat penentu titik leleh ada beberapa macam
mulai yang manual hingga digital seperti thiele, Fisher John Melting point apparatus,
blok logam atau dengan system digital.
5. Analisis
Bahan
a. Asam Salisilat
Nama
IUPAC : Asam 2
hidroksi benzoate
Sinonim : Acidum
salycillum / asetosal
Rumus Molekul : C7H6O3
% Unsur
penyusun : Tidak kurang
dari 99,5 % dan tidak lebih dari 101,0
%C7H6O3 dihitung terdiri dari zat yang telah dikeringkan.
Titik lebur : antara 158 dan 161
Berat molekul : 1,44
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzena
mudah larut dalam air mendidih, agar sukar larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan dalam praktek : Sebagai bahan dasar pembuatan aspirin
Kegunaan umum : Keratolitikum dan
antifungi.
Sifat
Bahan : Padatan ,tidak berbau, rasanya agak
manis, berwarna putih, tidak korosif, kemungkinan mudah terbakar, berbahaya
jika kontak langsung dengan mata, kulit, tertelan dan terhirup.
b. Asam Asetat Anhidrat
Nama
IUPAC : Acidum Acetic Anhidrat
Sinonim : -
%
Unsur :
(CH3CO) (Mr = 99 g/mol)
Rumus
Molekul : (CH3CO)2O
Berat
Molekul : 102,09
%
Unsur Penyusun :
mengandung tidak kurang dari 95 % C4H6O3
Kelarutan : Dapat
bercampur dengan air, etanol 95 %
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Sifat
Bahan : Cairan
jernih tidak berwarna, berbau tajam, rasanya asam, sangat korosif, mudah
terbakar.
c.
Aspirin
Nama IUPAC :
Acidum acetylsalicylium
Sinonim :
Asam asetilsalicylium
Berat Molekul : 180, 16
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah
larut dalam etanol, larut dalam kloroform.
Kegunaan umum : Analgetikum, antipiretikum.
Sifat Bahan :Hablur tidak berwarna, atau serbuk
hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam.
d. Asam Sulfat
Nama Resmi : Acidum sulfaricum
Sinonim : Asam Sulfat
Rumus Molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,07
Berat jenis : 1, 84 gr/vol
% unsur
penyusun : Asam sulfat
mengandung tidak kurang dari 95 % dan
larut dalam kloroform.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai katalisator
Sifat Bahan :
Bersifat Eksoterm
e. Alkohol
Nama
Resmi :
Aethanolum
Sinonim :
Alkohol
Rumus
Molekul : C2H6O
Berat
molekul : 46, 0
gr/ mol
% unsur penyusun : Hampir larut dalam larutan
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai pengurang rasa sakit.
f. FeCl3
Nama
Resmi : Ferri
Chlorida
Sinonim : Besi (III)
Klorida
Rumus
Molekul : FeCl3
Berat
molekul : 162,5 gr/ mol
Berat
jenis : 1, 84 gr/vol
%
unsur penyusun : Besi
(III) Klorida larut dalam air, larutan berpotensi berwarna jingga.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
Sifat
Bahan : Padatan, tidak berbau, tidak berwarna,
tidak berasa, korosif, tidak mudah terbakar, sangat berbahaya jika tertelan.
Dan bahaya ketika kontak langsung dengan mata, kulit, dan terhirup.
g. Aquades
Nama
Resmi : Aqua Destilata.
Sinonim : Air Suling
/ aquadest
Berat
molekul : 18,02 gr/ mol
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
h. HCl
Nama
Resmi : Acidum
Hydrochloridum
Sinonim : Asam
Klorida
Rumus
Molekul : HCl
Berat
molekul : 36,46 gr/ mol.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat
tambahan
Sifat
Bahan : Cairan, berbau tajam, tidak
berasa, tidak berwarna sampai berwarna kuning terang, sangat korosif, tidak
mudah terbakar, sangat berbahaya jika kontak langsung dengan mata, kulit,dan
terhirup.
i.
NaHCO3
Nama
Resmi : Natri Subcarbonas Acidum
sulfaricum
Sinonim : Natrim
Bikarbonat
Rumus
Molekul : NaHCO3
Berat
molekul : 84,0 g/ mol
% unsur penyusun : NaHCO3 larut
dalam 11 bagian air, praktis tidak larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai katalisator
Sifat Bahan : Tidak berbau, berwarna aputih, tidak
korosif, tidak mudah terbakar, sedikit berbahaya jika kontak langsung dengan
kulit, mata, tertelan, dan terhirup.
j.
Benzena
Nama Resmi : Benzol
Sinonim : Benzene
Rumus
Molekul : C6H6
Berat Molekul : 78,11
Kelarutan : Larut dalam 1430 bagian air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Sifat
Bahan :
Cairan transparan, tidak berwarna, mudah menyala
C.
ALAT
DAN BAHAN
Alat
1. Gelas ukur
2. Corong buchner
3. Kertas saring
4. Gelas beker
5. Pengaduk
6. Thermometer
7. Pipet tetes
8. Gelas arloji
Bahan
1. Asam salisilat padat
2. Asam asetat anhidrat
3. Asam sulfat pekat
4. Alkhohol
5. Besi(III) klorida
6. Aquades
7. Asam klorida pekat
8. Air es
9. Larutan natrium dikarbonat
10.
Benzena
D. CARA KERJA
1. Pembuatan
Aspirin
2. Pemurnian dengan Etanol-air
3.
Pengujian
E.
HASIL
PENGAMATAN
1.
Pembuatan Aspirin
NO
|
PERTANYAAN
|
PENGAMATAN
|
1
|
Masa
pencampuran asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat kedalam asam salisilat
kering
|
Larut
sebagian, setelah di tetesi H2SO4 larutan menjadi panas
dan warna larutan bening
|
2
|
Setelah
dipanaskan pada suhu 50-60oC
|
Larutan
berwarna agak kekuningan
|
3
|
Setelah
ditambahkan air es 10 ml
|
Ada
uap putih
|
4
|
Setelah
direndam dalam air es
|
Terbentuk
adanya kristal
|
5
|
Setelah
proses penyaringan, berapa masa setelah dikeringkan?
|
-
|
2. Pemurnian
|
Mula-mula
|
Setelah
pemurnian dengan etanol-air
|
Masa kristal aspirin
|
-
|
0,6 gram
|
Titik leleh
|
-
|
|
Warna kristal + FeCl3
|
Ungu pekat
|
|
Bentuk kristal
|
Seperti serbuk (bulatan-bulatan kecil)
yang lembut
|
Seperti
jarum-jarum putih lembut
|
Rendemen teoritis
|
-
|
2,61 gram
|
Rendemen nyata
|
-
|
0,61 gram
|
% rendemen
|
-
|
23,37 %
|
ANALISIS
DATA
Reaksi Pembuatan Aspirin:
C7H6O3 + (CH3CO)2O C9H8O4 +
CH3COOH
Asam salisilat asam asetat anhidrat aspirin Asam asetat
·
Menghitung
Rendemen
Diket.
Massa mula-mula asam salisilat (C7H6O3) = 2
gram
Massa molekul asam salisilat = 138 g/mol
Ditanya.
Mol C7H6O3 ?
Mol C7H6O3 =
= 0,0145 mol
C7H6O3 + (CH3CO)2O C9H8O4 +
CH3COOH
m: 0,0145 mol -
Rx:0,0145 mol 0,0145 mol
S : 0,0145 mol
Massa aspirin = 0,0145 mol 180 = 2,61 gram (massa
teoritis)
Rendemen = 100%
= 100%
= 23,37 %
F.
PEMBAHASAN
Aspirin
atau asam asetil salisilat merupakan senyawa derivatif dari asam salisilat.
Aspirin berupa kristal putih dan berbentuk seperti jarum. Dalam pembuatan aspirin
tidak akan dihasilkan produk yang baik jika suasananya berair, karena asam
salisilat yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi asam salisilat berair.
Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi terhadap asam salisilat dengan
katalisator H2SO4 pekat. Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada
gugus –OH dan asam salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat.
Karena asam salisilat adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi
destilat phenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari
phenol, tetapi tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai
asam karboksilat untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh
akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan ester
asetat. Nama lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena doperoleh dari
esterifikasi asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan fenilsalisilat.
Dalam
percobaan ini, dicampurkan asam salisilat dan asam asetat an-hidrat. Digunakan
asam asetat an-hidrat, karena asam asetat anhidrat memiliki gugus asetil yang
merupakan leaving group yang lebih
baik dibandingkan gugus hidroksi pada asam asetat, asam asetat anhidrid akan
menyerang nukleofil yang ada pada asam salisilat. Asam asetat anhidrat lebih
reaktif jika dibandingkan dengan asam asetat, kelebihreaktifan asam asetat
anhidrat ini disebabkan oleh struktur asam asetat anhidrat yang telah
kehilangan 1 atom hidrogen sehingga atom karbon menjadi elektropositif.Setelah
ditambahkan asam asetat an-hidrat, selanjutnya digojog hal ini bertujuan agar
asam salisilat yang berbentuk padatan dapat larut sempurna dalam larutan asam
asetat an-hidrat.Kemudian campuran ditetesi dengan asam sulfat pekat.
Penambahan asam sulfat pekat berfungsi sebagai katalisator yaitu untuk
mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga
reaksi berjalan lebih cepat dan energi yang diperlukan semakin sedikit. pada
penambahan asam sulfat pekat timbul panas dan letupan hal ini menunjukkan
reaksinya eksoterm. setelah pencampuran dihasilkan campuran seperti bubur atau
dalam fasa padat.
Campuran
selanjutnya dipanaskan dalam air mendidih, pemanasan dilakukan selama 10 menit
.Setelah dipanaskan campuran yang awalnya berada dalam fasa padat berubah
menjadi fasa cair dan berwarna bening.Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan
menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada larutan sehingga menghasilkan
aspirin dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Pemanasan ini juga bertujuan
mempercepat kelarutan asam salisilat, dimana hal ini akan mempengaruhi laju
reaksi yang semakin cepat karena mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul
larutan tersebut.
Sebelumnya
telah disiapkan baskom yang berisi es batu atau air es. Setelah 10 menit
pemanasan, erlenmeyer yang berisi larutan langsung dimasukkan kedalam basom
berisi air es. Hal ini dimaksudkan agar terjadi proses kristalisasi, ketika
suhu dingin molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan
pada akhirnya terkumpul membentuk endapan.
Setelah
itu, dilakukan penyaringan dengan corong buchner dan kertas saring yang telah
ditimbang sebelumnya. Penyaringan ini dilakukan untuk mendapatkan kristal
aspirin yang terdapat dalam larutan. Karena telah berbentuk padatan, kristal
sulit untuk diambil jadi sebelum kristal disaring, ditambahkan air. Residu yang
dihasilkan juga dibilas dengan air. Hal ini bertujuan untuk menghidrolisis
kelebihan asam pada kristal aspirin. Selanjutnya, kristal aspirin yang ada pada
kertas saring dikeringkan di oven hingga kering dan setelah kering maka
ditimbang di timbangan analitik.
Reaksi
Setelah
ditimbang didapatkan padatan. Padatan yang didapatkan ini masih mengandung zat
pengotor atau belum 100% murni.Selanjutnya padatan dibilas dengan aquades untuk
menghilangkan kelebihan asam yang ada dalam aspirin.Padatan lalu dicampur
dengan 25 mL etanol, dan didapatkan larutan yang berwarna bening. Kemudian
ditambahkan 60mL air panas dan diperoleh larutan yang tetap berwarna bening.
Selanjutnya seperti tahap pengkristalan awal, larutan didinginkan dalam air es,
dan setelah terbentuk kristal dioven hingga kering.
Untuk
membuktikan apakah padatan yang dihasilkan benar-benar murni aspirin atau tidak
maka ditambahkan dengan FeCl3. Ketika Besi (III) Klorida bereaksi
dengan gugus fenol akan membentuk kompleks yang berwarna ungu. asam salisilat
termasuk fenol, sehingga jika dalam padatan masih mengandung asam salisilat
maka akan menghasilkan larutan berwarna ungu jika dimasukkan FeCl3.
Namun, jika padatan adalah aspirin murni maka akan dihasilkan warna larutan
yang keruh. Sebelum ditambahkan FeCl3, sebelumnya padatan dilarutakn
dengan etanol agar berada dalam fasa larutan, tidak dilarutkan dalam air karena
aspirin dan asam salisilat sukar larut dalam air.Pada percobaan ini didapatkan
hasil larutan berwarna ungu, hal ini menunjukan padatan yang dihasilkan masih
mengandung pengotor.Kemungkinan kesalahan adalah karena pemanasan larutan yang
kurang lama Pemanasan dilakukan untuk menaikan kelarutan asam salisilat yang
terbentuk sehingga mampu bereaksi sempurna.Selain itu, proses asetilasi asam
salisilat juga dilakukan dalam kondisi bebas air. Proses pengeringan yang tidak
sempurna akan menyebabkan aspirin yang terbentuk akan terhidrolisis kembali
menjadi asam salisilat. Pada percobaan ini, asamsalisilat diharapkan menjadi
pereaksi pembatas sehingga habis bereaksi, namun ternyata asam salisilat masih
terdapat dalam padatan.
Massa
aspirin teoritis yang didapatkan adalah 2,61 gram tetapi pada
percobaan ini tidak dihasilkan massa sebanyak itu hanya 0,6 gram, dan prosentase rendemennya
hanya23,37%. Karakter proses kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan
faktor kinetik. Faktor-faktor seperti tingkat ketidakmurnian, metoda
penyamburan, desain wadah, dan profil pendinginan bisa berpengaruh besar
terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. Keadaan inilah yang
menyebabkan kristalisasi sulit untuk di kontrol. Pada percobaan ini proses
pendinginan dilakukan secara manual dengan menggunakan air es dalam baskom
sehingga proses pengkristalan juga kurang sempurna. Perpindahan tempat yang awal
penimbangan digunakan gelas arloji lalu dimasukkan ke erlenmeyer, kemungkinan
masih ada sedikit padatan yang tertinggal atau jatuh, lalu setelah pendinginan
kristal di pindah dari erlenmeyer ke kertas saring yang ada dalam corong
buchner, kemungkinan ada padatan yang masih tertinggal di erlenmeyer,
penyaringan ini juga dilakukan dua kali. Kesalahan-kesalahan tersebut
menyebabkan hasil yang didapatkan jauh dari massa teoritis.
Pada
percobaan ini tidak dilakukuan pengujian titik didih, hal ini dikarenakan
kurangnya waktu praktikum.
Reaksi
Keseluruhan
G.
KESIMPULAN
1. Asprin dapat dibuat dari asam
salisilat dan asam asetat anhidrad dengan bantuan katalis H2SO4
2. Aspirin merupakan senyawa turunan
dari asam salisilat, yang dibuat dengan proses asetilasi asam salisilat dalam
kondisi bebas air
3. Identifikasi kemurnian dari aspirin
yang dihasilkan dapat digunakan larutan FeCl3
4. Massa teoritis yang dihasilkan dalam
percobaan ini adalah 2,61 , sedangkan rendemen yang dihasilkan adalah 23,37%
Semarang, 2014
Mengetahui,
Dosen
Pengampu Praktikan
(R.Arizal Firmansyah, M.Si)
(Munadhiroh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar