LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
KARBOHIDRAT
A.
TUJUAN
Praktikan mengetahui beberapa macam identifikasi karbohidrat.
B.
DASAR
TEORI
1.
Pengertian
Karbohidrat merupakan senyawa yang paling banyak di alam. Hampir semua
tanaman dan hewan mensintesis dan memetabolisme karbohidrat. Karbohidrat
disintetis dalam tanaman selama fotosintetis. Melalui proses yang kompleks,
sinar matahari mengubah CO2 dari udara dan H2O dari dalam
tanah (dengan tekanan osmosis diangkut
ke hijau daun-klorofil) menjadi glukosa.[1]
6CO2 + H2O → 6CO2 + C6H12O6
(selulosa, starch)
Istilah karbohidrat timbul karena rumus kebanyakan senyawa ini
dapat dinyatakan sebagai Cn(H2O)m,
atau karbon. Karbohidrat yang merupakan hasil alam telah melakukan banyak
fungsi penting dalam tanaman ataupun hewan. Melalui fotosinteseis, tanaman
mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yaitu dalam bentuk selulosa, pati
(starch) dan lain-lain. Selulosa adalah komponen struktur pada tanaman,
yang digunakan untuk menbabgun dinding-dinding sel yang kaku, serat dan kayu.
Pati adalah bentuk utama penyimpan karbohidrat yang digunakan sebagai sumber
makanan atau energi.[2]
Senyawa karbohidrat seperti gula dan pati terdapat dalam makanan,
sedangkan selulosa terdapat dalam kayu, kertas dan katun. Semuanya merupakan
karbohidrat yang mempunyai kenmurnian yang tinggi. Glukosa merupakan
karbohidrat sederhana yang pertama kali dapat dimurnikan dan mempunyai rumus
molekul C6H12O6.
2.
Klasifikasi
Karbohidrat
Karbohidrat umumnya digolongkan menurut strukturnya yaitu
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Istilah sakarida berasal dari
bahasa latin (saccharum = gula) dan mengacu pada rasa manis pada banyak
senyawa karbohidrat sederhana.[3]
Tabel
singkat klasifikasi karbohidrat sebagai berikut[4] :
1.
|
Monosakarida
(terdiri atas satuan dasar)
|
Aldosa
|
Gliserosa, eritrosa, ribose, glukosa, dll.
|
Ketosa
|
Ribulosa, xylulosa, psikosa, fruktosa, eritolusa, dll.
|
||
2.
|
Oligosakarida (terdiri atas 2-10 satuan dasar)
|
Disakarida
|
|
Mereduksi
|
Tak mereduksi
|
||
Maltose, laktosa, selobiosa.
|
Sukrosa, threhalosa.
|
||
Trisakarida
|
|||
Mereduksi
|
Tak Mereduksi
|
||
Mannotriosa, robinosa, rhamninosa.
|
Raffinosa, gentionosa, malezitosa.
|
||
3.
|
Polisakarida (terdiri atas lebi dari 10 satuan dasar)
|
Sederhana
|
Majemuk
|
Amilum (amilosa dan amilopektin), selulosa, glikogen, dekstrin,
inulin.
|
|
a.
Monosakarida
Monosakarida atau gula sederhana adalah karbohidrat yang tidak
dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana. Monosakarida
berasal dari bahasa dari bahasa Yunani monos berarti “tunggal” dan sacchar
berarti gula. Umumnya memiliki rumus molekul yang merupakan kelipatan CH2O.
Reaksi-reaksi
pada monosakarida[5] :
1)
Oksidasi menjadi asam-asam aldarat
(sakarat)
Meskipun aldosa
berada dalam bentuk siklik, yaitu bentuk hemiasetal, namun bentuk siklik ini berada dalam kesetimbangan dengan
sejumlah kecil aldehida rantai terbuka, sehingga monosakarida mudah dioksidasi.
2)
Reduksi menjadi alditol
Gugus
aldehida dari aldosa dan gugus keto dati ketosa dapat direduksi oleh
macam-macam pereaksi. Hasilnya dinamakan poliol (polyol), atau secara umum
dinamakan alditol.
3)
Esterifikasi
Monosakarida
mengandung beberapa gugus hidroksil, sehingga memungkinkan mengalami
reaksi-reaksi alkohol.
b.
Oligosakarida
Oligosakarida yang paling banyak di alam adalah disakarida. Pada
disakarida, dua monosakarida bergabung melalui ikatan glikosida yang terbentuk
diantara karbon anomerik dari salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil
dari monosakarida lain.[6]
Beberapa contoh disakarida adalah sebagai berikut[7] :
1)
Maltosa
Maltosa dapat diperoleh sebanyak 81% dari hidrolisis pati (starch)
dengan menggunakan enzim amilase. Maltosa dapat mereduksi pereaksi
fehling/tollens, oleh karena itu disebut gula pereduksi. Maltosa juga dapat
bereaksi dengan fenilhidrazina menghasilkan osazon. Selain itu, jika
direaksikan dengan Br/H2O akan membentuk asam monokarboksilat.
Maltosa dapat mengalami mutarotasi, jika dihidrolisis menghasilkan molekul α-
dan β-D-glukopiranosa. Tingkat kemanisan β-maltosa adalah sepertiga dari gula
pasir, sedangkan α-maltosa merupakan bahan pembuat bir.[8]
2)
Sukrosa
Sukrosa biasa dikenal sebagai gula meja, dapat diperoleh dari
tanaman sugar cane dan sugar beet (kentang/umbi manis). Di Indonesia dapat diperoleh
dari tanaman aren (air nira). Sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi
tollens/fehling/benedict dan juga tidak dapat membentuk osazon. Selain itu,
sukrosa tidak melakukan mutarotasi, ini menunjukkan bahwa sukrosa tidak
mengandung C-anomer pada ujungnya (ujung sukrosa bukan suatu hemiasetal, tidak
mempunyai gugus-OH). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sukrosa dibentuk
oleh dua molekul monosakarida yang membentuk ikatan 1-α → 2-β-glikosida pada
kedua atom C-anomernya.[9]
3)
Laktosa
(gula susu)
Laktosa merupakan suatu disakarida
alamiah yang di jumpai hanya dalam binatang menyusui (susu sapi) dan manusia
mengandung kira-kira 5% laktosa. Laktosa diperoleh di oerdagangan sebagai hasil
samping pabrik keju. Dalam metabolisme tubuh manusia yang normal, laktosa
dihidrolisis secara enzimatis menjadi D-galaktosa dan D-glukosa.[10]
4)
Selobiosa
Selobiosa merupakan disakarida yang kelimpahannya di alam cukup
banyak setelah sukrosa dan laktosa. Selobiosa didapatkan dari hidrolisis
selulosa. Sifat kimia dan strukturnya hampir mirip dengan sifat-sifat kimia dan
struktur dari maltosa, sedangkan perbedaanya adalah ikatan glikosida yang
terbentuk bukanlah 1-α → 4-β melainkan 1-β → 4-β. Selobiosa dapat dihidrolisis
secara enzimatik menggunakan enzim β-glukosidase, menghasilkan 2 molekul
β-D-glukopiranosa.[11]
c.
Polisakarida
Polisakarida adalah polimer yang terbentuk dari pengulangan unit
monosakarida terikat bersama oleh ikatan glikogen. Amilun dan glikogen
terbentuk dari mata rantai α molekul
glukosa, dan sellulosa terbentuk dari mata rantai β glukosa.[12]
Beberapa polisakarida yang sering ditemukan :
1)
Selulosa merupakan komponen utama kayu
dan serat tanaman, sedangkan katun yang berasal dari kapas merupakan selulosa
murni. Selulosa tidak larut dalam air dan bukan merupakan karbohidrat
pereduksi.[13]
Selusosa tidak mempunyai karbon hemiasetal dan tidak dapat mengalami mutarotasi
atau dioksidasi oleh reagensia seperti Tollens (mungkin terdapat suatu
hemiasetal pada satu ujung dari tiap molekul selulosa, tetapi ujung ini hanya
sebagian kecil dari keseluruhan dan reaksinya dapat di amati).[14]
2)
Pati (Amilum)
Sumber utama pati adalah beras, singkong,
gandum, jagung, kentang, ketela, umbi dan lain-lain. Molekul pati umumnya
terdiri dari 20% amilosa dan 80% amilopektin. Namun demikian, ada juga jenis
pati yang hanya terdiri dari amilosa saja atau amilopektin saja. Molekul
amilosa terdiri dari ratusan monomer α -D-glukopiranosa, berbentuk spiral
(heliks), serta mempunyai massa molar 60.000-600.000 g/mol.[15] Hidrolisis lengkap amilosa hanya menghasilkan
D-glukosa sedangkan amilopektin merupakan suatu polisakarida yang jauh lebih
besar dari amilosa mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul.
Amilosa adalah polimer linier dari α-D-glukosa yang dihubungkan secara -1,4’,
sedangkan rantai utama amilopektin mengandung 1,4’-α-D-glukosa. Amilopektin bercabang sehigga
terdapat satu glukosa ujung untuk kira-kira tiap 25 satuan glukosa. Ikatan pada
titik percabangan adalah ikatan 1,6’- α-glikosida.[16]
3)
Glikogen
Glikogen
adalah cadangan karbohidrat pada hewan. Seperti halnya pati, glikogen terdiri
dari unit-unit glukosa yang berikatan 1,4 dan 1,6. Glikogen mempunyai bobot
tinggi (kira-kira 100000 unit glukosa). Strukturnya jauh lebih bercabang
dibandingkan amilopektin, percabangan terdapat pada setiap 8-12 ikatan.[17]
3.
Identifikasi
Karbohidrat
Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional
yang terdapat dalam molekul yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid dan gugus
keton. Beberapa sifat kimia karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan senyawa karbohidrat yang satu dengan yang
lainnya. Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi
terutama dalam suasana basa. Sifat reduktor ini karena adanya gugus aldehid
atau keton bebas pada karbohidrat. Pereaksi-pereaksi karbohidrat seperti:
a.
Pereaksi
Molisch
Pereaksi ini terdiri atas larutan α naftol dalam alkohol 95%.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa kemudian secara hati-hati
ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas
antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan α naftol.[18]
Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan
sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif
merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.
b.
Peraksi
Fehling
Pereaksi fehling dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang
mempunyai sifat mereduksi, jug adapt direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi
fehling terdiri atas dua larutan, yaitu larutan fehling A dan larutan fehling
B. larutan fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan
larutan fehling B adalah larutan garam KNatartrat dan NaOH dalam air. Kedua
macam larutan ini disimpan secara terpisah dan baru dicampur menjelang
digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat.[19]
Dalam pereaksi ini ion Cu ++diredusi menjadi ion Cu +yang
dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
2 Cu
++ 2OH- Cu2O + H2O
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan
berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer
misalnya larutan glukosa 0,1%, larutan yamg terjadi berwarna hijau kekuningan.
c.
Pereaksi
Benedict
Uji benedict digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat melalui
reaksi gula pereduksi.[20] Pereaksi
ini berupa larutan yang mengandung kaprisulfat, natriumkarbonat dan
natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu++dari kaprisulfat
menjadi ion Cu+yang kemudian mengendap sebagai CuO2.Adanya
natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi benedict bersifat basa
lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna
endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diuji.
d.
Pereaksi
Tollens
Uji
tollens ini dapat digunakan untuk membedakan senyawa-senyawa yang mengandung
gugus karbonil, -CO-. Senyawa karbonil ini dapat berupa aldehid, -CHO jika
gugus karbonilnya terletak di ujung (atom C nomor 1), dan dapat berupa keton,
-CO- jika gugus karbonil berada di tengah rantai C, atau paling tidak pada atom
C nomor 2. Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka tollens tidak dapat
mengoksidasi senyawa keton.
Pereaksi
tollens ini dapat dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO3. Mula-mula
larutan ini direaksikan dengan basa kuat, NaOH(aq), kemudian endapan coklat Ag2O
yang terbentuk dilarutkan dengan larutan amonia sehingga membentuk kompleks
perak amoniakal, Ag(NH3)2+(aq).
2AgNO3(aq) +
2NaOH(aq) → Ag2O(s) + 2NaNO3(aq) + H2O(l)
Ag2O(s) + 4NH3(aq)
+ 2NaNO3(aq) + H2O(l) → 2Ag(NH3)2NO3(aq)
+ 2NaOH(aq)
Bermacam
cara dapat ditempuh untuk membuat pereaksi tollens; yang penting larutan ini
harus mengandung perak amoniakal. Larutan kompleks perak beramoniak inilah yang
dapat mengoksidasi gugus aldehid menjadi asam yang disertai dengan timbulnya
cermin perak.Oleh sebab itu, larutan perak amoniakal ini sering ditulis secara
sederhana sebagai larutan Ag2O.
RCHO(aq) + Ag2O
→ RCOOH(aq) + 2Ag(s)
Persamaan reaksi redoks
yang sebenarnya adalah :
Ag(NH3)2+(aq)
+ e → Ag(s) + 2NH3(aq)
RCHO(aq) + 3OH-(aq)
→ RCOOH(aq) + 2H2O(l) + 2e
e.
Uji Asam Pikrat
Uji
asam pikrat dalam menganalisis
karbohidrat yaitu untuk mengetahui karbohidrat yang bersifat gula pereduksi
dengan mereduksi asam pikrat membentuk asam pikramat dimana uji positifnya
ditandai dengan perubahan warna larutan dari kuning menjadi berwarna merah.
f.
Uji Selliwanorf
Uji Seliwanoff adalah sebuah uji kimia
yang membedakan gula aldosa
dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus
fungsi keton/aldehida gula tersebut. Jika gula
tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung
gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika
dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa.[21]
g.
Pereaksi Iodium
Iodium akan bereaksi dengan karbohidrat,
akan terjadi perubahan warna dan juga iodium akan bereaksi dengan polisakarida.
Prinsip tes Iodium, Iodium memberikan warna kompleks dengan polisakarida.
Tepung memberikan warna biru pada iodium, glikogen, dan tepung yang sudah
dihidrolisis sebagian (eritrodekstrin)
memberikan warna merah sampai coklat dengan iodium. Pada pemanasan, warna biru akan hilang karena molekul pati meregang,
sehingga iod lepas dari kumparan pati, tetapi akan menjadi biru kembali bila
didinginkan.[22]
4.
Reaksi-reaksi
yang Terjadi pada Karbohidrat
b.
Fehling
c.
Benedict
e.
Seliwanoff
Reagen uji
Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat:
- Asam reagen ini menghidrolisis
polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana.
- Ketosa yang terhidrasi kemudian
bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat
berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna
merah muda.
Fruktosa
dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa
menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari furktosa
dan glukosa.
5.
Hidrolisis
Polisakarida
Pada umumnya
polisakarida mempunyai molekul
besar dan lebih kompleks daripada monosakarida dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas
banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam
monosakarida saja disebut homopolisakarida,
sedang yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakaarida. Umumnya
polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal dan
tidak mempunyai sifat mereduksi. Prinsip tes Hidrolisis Polisakarida, polisakarida
hanya mengandung satu gugusan reduksi dan beberapa ratus atau lebih gugusan
residu sehingga secara efektif gugusan residu tidak mereduksi. Asam
menghidrolisis polisakarida
menjadi monosakarida.
6.
Analisis Bahan
-
Etanol: cairan, tak berwarna, berbau, mudah terbakar, berbahaya
jika kontak langsung dengan mata, kulit, tertelan dan terhirup.
-
NaOH: tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, korosif, tidak
mudah terbakar, sangat berbahaya jika kontak langsung dengan kulit, mata,
tangan, tertelan dan terhirup.
C.
ALAT
DAN BAHAN
Alat:
1.
Lampu spirtus
2.
Kertas lakmus
3.
Pipet
4.
Tabung reaksi
5.
Penjepit tabung reaksi
6. Waterbath
Bahan:
1. Glukosa 13.
Pereaksi Molisch
2. Fruktosa 14.
Pereaksi Benedict
3. Galaktosa 15.
Pereaksi Fehling (A dan
4. Laktosa 16.
Pereaksi Tollens
5. Maltosa 17.
Asam klorida pekat
6. Pati kanji 18.
Natrium hidroksida 10%
7. Madu 19.
Fenilhidrasin
8. HNO3 20.
Aqudes
9. Etanol 21.
Asam pikrat
10. Pereaksi Seliwanoff 22. Larutan iod dalam KI
11. Asam sulfat pekat
D.
CARA
KERJA
a.
Tes Umum karbohidrat dengan Uji Molisch
1.
Disiapkan 7 tabung reaksi,masing-masing diisi
dengan :
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Maltosa
|
Laktosa
|
Kanji
|
Madu 50%
|
Potongan kertas saring
|
Masing-masing tabung ditambahkan aquades
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch
(larutan 10% -naftol dalam alkohol)
Digojog beberapa kali
Tabung reaksi dimiringkan, dialiri dengan
3 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi,
perlahan-lahan sampai terbentuk suatu lapisan pada bagian bawah
|
Bidang batas antara asam dengan air
diamati.
b.
Uji Sifat Pereduksi
Ø Uji Fehling
Disiapkan 6 tabng reaksi, diisi dengan larutan
di bawah ini (masing-masing konsentrasi 2 %)
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Maltosa
|
Laktosa
|
Kanji
|
Madu
|
Masing-masing tabung diisi dengan 5 ml
Fehling A dan Fehling B
Digojog
Tabung reaksi ditempatkan dalam penangas
air mendidih selama 10 menit
Diamati dan dicatat, reaksi positif
apabila terbentuk endapan merah bata
Ø Uji Benedic
Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan
larutan dibawah ini (kosentrasi 2%)
A
|
B
|
C
|
D
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Maltosa
|
Laktosa
|
Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 1
ml pereaksi benedict
Digojog
Diamati dan dicatat, reaksi positif
terbentuk endapan merah bata
|
Ø Uji Tollens
Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan
larutan dibawah ini (kosentrasi 2%)
A
|
B
|
C
|
D
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Maltosa
|
Laktosa
|
Larutan diatas dicapurkan dengan pereksi tollens
dengan perbandingan 1:1
Digojog
Dipanaskan dalam penangas air
|
Diamati, apakah terbentuk cermin perak? (cermin
perak akan hilang jika diberi HNO3 pekat )
Ø Uji Asam Pikrat
Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan
larutan dibawah ini (kosentrasi 2%)
A
|
B
|
C
|
D
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Maltosa
|
Laktosa
|
Masing-masing tabung ditambahkan 1 ml
pereduksi asam pikrt jenuh dan sodium karbonat
Dipanaskan beberapa saat daam waterbath
|
Diamati perubahan warna, reaksi
positif terbentuk endapan merah
c.
Uji adanya Amilum
Disaring setengah bagian cairan dengan
kertas saring
Filtrate yang diperoleh diberi label
tabung B
Setengah bagian yang tidak disaring
diberi label A
Masing-masing diberi 2 tetes larutan
iodine dalam KI
|
Dibandingkan
d.
Hidrolisis Asam
Ø Hidolisis Polisakarida
Disiapkan 2 tabung reaksi
Tabung A
|
Tabung B
|
2 ml larutan kanji 2%
|
2 ml larutan kanji 2% + 2 tetes HCl pekat, digojog dengan baik
|
Tabung B dipanaskan pada penangas air
panas 10 menit
Didinginkan
Larutan dinetralkan dengan larutan NaOH
10%, diamati dengan kertas lakmus
Kedua tabung diuji dengan larutan iod
dalam KI
|
Dibandingkan warna yang terbentuk
Ø Hidrolisis Oligosakarida
Disiapkan 2 tabung reaksi
Tabung A
|
Tabung B
|
2 ml larutan sukrosa 2%
|
2 ml larutan sukrosa 2% + 2 tetes HCl pekat, digojog dengan baik
|
Tabung B dipanaskan pada penangas air
panas 10 menit
Didinginkan
Larutan dinetralkan dengan larutan NaOH
10%, diamati dengan kertas lakmus
Kedua tabung diuji dengan pereaksi
Benedict
Dibandingkan warna yang terbentuk
|
e.
Tes Seliwanoff
Disiapkan 2 tabung reaksi
Tabung A
|
Tabung B
|
larutan glukosa
|
larutan Fruktosa
|
Masing-masing tabung ditambahkan pereaksi
Seliwanoff (resosrsinol dalam HCl)
Digojog dan dipanaskan
|
Perubahan warna yang terjadi diamati dan
dibandingkan
E.
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
1.
Tes Umum Karbohidrat
Tabung
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
Nama
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Maltosa
|
Laktosa
|
Kanji
|
Madu
50%
|
Potongan kertas saring
|
Hasil (warna)
|
Cincin ungu
|
Cincin kuning
|
Cincin kuning
|
Cincin ungu
|
Cincin ungu
|
Cincin ungu
|
Cincin ungu
|
Ket (+/-)
|
+
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
2.
Uji Sifat Pereduksi
Tabung
isi (larutan 2 %)
|
Hasil (warna) Tes Karbohidrat Pereduksi
|
|||
Uji
Fehling
|
Uji
Benedict
|
Uji
Tollens
|
Uji Asam Pikrat
|
|
Glukosa
|
Merah bata
|
Biru muda
|
Kuning
|
Merah bata
|
Fruktosa
|
Biru
|
Biru muda
|
Cermin
perak
|
Kuning
|
Maltosa
|
Biru
|
Biru muda
|
Cermin
perak
|
Kuning
|
Laktosa
|
Merah bata
|
Biru muda
|
Kuning
|
Merah bata
|
Kanji
|
Terbentuk 2 lapisan, biru (atas) dan
putih keruh (bawah)
|
|
|
|
Madu
|
Merah bata
|
|
|
|
3.
Uji terhadap Amilum
Tabung
|
A
|
B
|
Nama
|
Larutan
Kanji tanpa disaring
|
Filtrate larutan Kanji
|
Warna setelah + iod dalam KI
|
Warna kuning
|
Warna biru
|
4.
Hidrolisis Polisakarida
Tabung
|
A
|
B
|
Nama
|
Larutan
Kanji 2 %
|
Larutan Kanji 2 % + 2 tetes HCl pekat
|
Warna setelah + iod dalam KI
|
Biru
|
Biru pekat
(lakmus merah menjadi biru)
|
5.
Hidrolisis Oligosakarida
Tabung
|
A
|
B
|
Nama
|
Larutan
Sukrosa 2 %
|
Larutan Sukrosa 2 % + 2 tetes HCl pekat
|
Warna setelah + pereaksi Benedict
|
Biru
|
Bening (lakmus
merah menjadi biru)
|
6.
Tes Seliwanoff
Nama
senyawa
|
Warna Larutan setelah + reagen
Seliwanoff
|
Glukosa
|
Kuning keemasan
|
F.
PEMBAHASAN
1.
Tes Umum
Karbohidrat dengan Uji Molisch
Tes umum karbohidrat dengan uji molisch digunakan
untuk menunjukkan sifat umum karbohidrat dan menunjukkan ada tidaknya kandungan
karbohidrat dalam larutan yang akan diuji. Hasil uji menunjukkan bahwa hampir
semua bahan yang diuji memiliki kandungan karbohidrat dan terdapat beberapa
hasil uji yang tidak mengandung karbohidrat di larutan tersebut yaitu laktosa
dan fruktosa. Hal ini dapat dinyatakan bahwa warna violet atau ungu terbentuk
karena adanya karbohidrat, serta membentuk senyawa berwarna khusus untuk
polisakarida dan disakarida. Pereaksi molish membentuk cincin yaitu pada
larutan glukosa, maltosa, kanji, madu 50% dan kanji menghasilkan cincin
berwarna ungu hal ini menunjukkan bahwa uji molish sangat spesifik untuk membuktikan
adanya golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida pada larutan
karbohidrat.
2.
Uji
Sifat Pereduksi
a.
Uji Fehling
Praktikum karbohidrat dengan materi
uji fehling (fehling A dan fehling B). Fehling A merupakan larutan CuSO4
dalam air, sedangkan larutan Fehling B merupakan larutan garam K Natartat dan
NaOH dalam air. Digunakan untuk menunjukkan sifat khusus karbohidrat dengan
adanya karbohidrat pereduksi (monosakarida, laktosa, maltosa, dan karbohidrat
lainnya). Hasil uji menunjukkan bahwa laktosa, glukosa, dan madu merupakan gula
yang dapat mereduksi larutan fehling dan sebagai karbohidrat pereduksi. Hal ini
dapat dinyatakan bahwa golongan karbohidrat monosakarida bereaksi positif
terhadap larutan fehling, dimana terdapat kegiatan mereduksi larutan fehling di
larutan tersebut.
Hal ini terjadi karena pereaksi
fehling akan tereduksi dari Cu2+ menjadi Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O yang meng hasilkan warna
merah bata.
2Cu+ + 2OH à Cu2O
+H2O
Hal ini dapat dinyatakan bahwa
pereaksi fehling akan mengalami reduksi sehingga tembaga bermartabat dua
berubah menjadi tembaga bermartabat satu. Pereaksi fehling ditambah
karbohidrat, kemudian dipanaskan, akan terjadi perubahan warna dari biru à hijau à kuning à kemerah –
merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata bila jumlah karbohidrat
pereduksi banyak.
b.
Uji Benedict
Praktikum karbohidrat dengan materi
uji benedict digunakan untuk menunjukkan sifat khusus karbohidrat. Uji benedict
juga merupakan modifikasi pereaksi fehling. Hasil uji benedict menunjukkan uji negatif
pada semua sampel, yaitu glukosa, fruktosa, laktosa, dan maltosa. Hasil uji
positif pada benedict adalah endapan berwarna merah bata. Hal ini dikarenakan
pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi benedict akan terjadi perubahan
warna dari biru à hijau à kuning à kemerah –
merahan à dan akhirnya terbentuk endapan merah bata apabila
konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Seperti halnya pereaksi
fehling, dalam reaksi ini, karbohidrat pereduksi akan teroksidasi menjadi asam
onat, sedangkan pereaksi benedict ( sebagai Cu++ ) akan tereduksi
menjadi kupro oksida. Jadi, dalam uji ini terjadi proses oksidasi dan proses
reduksi (apabila hasil positifr).
Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+
dari tembaga (II) sulfat menjadi ion Cu+, selanjutnya diendapkan
sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning,
atau merah bata, bergantung pada konsentrasi karbohidrat.
c.
Uji
Tollens
d.
Uji
Asam Pikrat
Praktikum
karbohidrat dengan materi uji asam pikrat digunakan untuk menunjukkan adanya
karbohidrat pereduksi. Hasil uji positif ditunjukkan oleh glukosa dan laktosa,
sedangkan hasil uji negatif ditunjukkan oleh fruktosa dan maltosa, dimana
fruktosa dan maltosa tidak mengalami perubahan warna. Dalam uji asam pikrat,
semua monosakarida dan disakarida membentuk warna merah bata, kecuali kanji
karena tidak dapat beroksidasi. Hal ini sesuai pendapat Harold (1983)
menyatakan bahwa karbohidrat apabila ditambah dengan asam pikrat akan berubah
warna merah bata kecuali polisakarida..
3.
Uji
Adanya Amilum
4.
Hidrolisis
Asam
5.
Tes
Seliwanoff
Praktikum
karbohidrat dengan materi uji asam pikrat digunakan untuk menunjukkan
karbohidrat yang mengandung gugus ketosa. Pada uji ini, jika karbohidrat
direaksikan dengan pereaksi seliwanoff dan menunjukkan warna merah, maka uji
tersebut positif. Namun, pada praktikum kali ini, kedua sampel menunjukkan
hasil negatif.
G.
KESIMPULAN
Karbohidrat
merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan
senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat
berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis
karbohidrat, baik yang berfungsi sebagai pembangun struktur maupun yang
berperan fungsional dalam proses metabolisme. Berbagai uji telah dikembangkan
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat,
mulai dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain sampai pada
yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi
tersebut meliputi tes umum karbohidrat, uji sifat pereduksi, uji adanya amilum,
hidrolisis asam dan tes seliwanoff.
DAFTAR
PUSTAKA
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta:
Erlangga
Fessenden,
Ralp J. dkk. 1984. Kimia Organik edisi kedua. Jakarta: Erlangga
Fressenden, Ralph J. & Joan S. Fressenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta :
Binarupa Aksara
Harold, Hart.
1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga
Petunjuk Praktikum Kimia Organik.
2013. Semarang: Laboratorium Pendidikan Kimia Jurusan Tadris Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Riswiyanto.
2009. Kimia Organik. Jakarta:
Erlangga
LAMPIRAN
[1]
Riswiyanto, Kimia Organik, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm 365
[2]
Hart-Harold, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, (Jakarta : Erlangga,
1983) hlm 332
[3]
Hart-Harold, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, hlm 332
[4]
Petunjuk Praktikum Kimia Organik,
(Semarang: Laboratorium Pendidikan Kimia Jurusan Tadris Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2013),
hlm 23-24
[5]
Hart-Harold, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, (Jakarta : Erlangga,
1983) hlm 342-343
[6]
Hart-Harold, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, hlm 332
[7]
Riswiyanto, Kimia Organik, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm 379
[8] Riswiyanto, Kimia Organik, (Jakarta :
Erlangga, 2009), hlm 379
[9] Riswiyanto, Kimia Organik, hlm 380
[10] Ralph J. Fessenden, dkk., Kimia Organik edisi kedua, (Jakarta:
Erlangga, 1984), hlm 366-369
[11]
Riswiyanto, Kimia Organik, (Jakarta:
Erlangga, 2009), hlm 381
[12]
Ralph J. Fressenden & Joan S. Fressenden, Dasar-dasar Kimia Organik, (Jakarta, Binarupa Aksara, 1997), hlm.
608
[13]
Riswiyanto, Kimia Organik, hlm 382
[14]
Ralph J. Fessenden, dkk., Kimia Organik edisi kedua, (Jakarta:
Erlangga, 1984), hlm 371
[15]
Riswiyanto, Kimia Organik, (Jakarta:
Erlangga, 2009), hlm 383
[16]
Ralph J. Fessenden, dkk., Kimia Organik
edisi kedua, (Jakarta: Erlangga, 1984), hlm 372-373
[17]
Hart-Harold, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, (Jakarta : Erlangga,
1983) hlm 350
[18]
Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, (Jakarta : Erlangga, 2010)
hlm 88
[19]
Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, hlm 90
[20]
Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, hlm 88
[21]
Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, (Jakarta : Erlangga, 2010)
hlm 90
[22]Maria
Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, hlm 92
Semarang, 2014
Mengetahui,
Dosen
Pengampu Praktikan
(R.Arizal Firmansyah, M.Si)
(Munadhiroh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar